Puisi: Pandai Besi (Karya Nursjamsu Nasution)

Puisi "Pandai Besi" bukan hanya sekadar puisi yang menggambarkan proses tempaan besi fisik, tetapi juga membawa pesan tentang pembentukan karakter, ..
Pandai Besi


Tempa terus pandai besi,
Walau dengkang-dengking laga besi dan besi
Rasa 'kan meruntuhkan atap dinding kepalamu
Walau merah menyilau panas api
Rasa 'kan menghanguskan isi dadamu.

Tempa terus pandai besi,
Walau mencicik peluh di badan
Siar besi berbatang di api nyala,
Bawa lari, tempa, bentuk di landasan
Hingga menjadi senjata waja.

Tempa terus pujangga muda,
Siar ilhammu pada api jiwa,
Bentuk, tempa dengan teliti
Hingga menjadi senjata bangsa
Pencapai tingkat seni tinggi murni


Sumber: Tonggak I (1987)

Analisis Puisi:
Puisi "Pandai Besi" menghadirkan gambaran proses pembentukan dan pengembangan kemampuan, menggambarkan perjuangan dan ketekunan dalam mencapai prestasi.

Simbolisme Besi sebagai Tantangan dan Kesempurnaan: Pandai besi di sini dapat dimaknai sebagai simbol tantangan dan perjalanan menuju kesempurnaan. Tempaan besi memerlukan kerja keras, keuletan, dan ketahanan. Sebagai perpanjangan diri, besi mencerminkan individu yang terus-menerus menghadapi berbagai rintangan dan ujian.

Dengkang-Dengking Laga Besi dan Besi: Penggunaan kata-kata ini menciptakan citra persaingan dan ketahanan dalam menghadapi berbagai rintangan. "Dengkang-dengking" memberikan nuansa gerakan yang lincah dan menggambarkan bahwa tantangan tidaklah mudah, tetapi harus dihadapi dengan kelincahan dan kesiapan.

Pengorbanan dan Rasa dalam Meraih Prestasi: Gambaran "meruntuhkan atap dinding kepalamu" dan "menghanguskan isi dadamu" menciptakan konotasi pengorbanan dan rasa dalam mencapai tujuan. Proses pencapaian prestasi seperti peleburan besi dalam api, mengharuskan individu untuk bersedia melepaskan bagian dari dirinya yang tidak diperlukan.

Siar Ilham pada Api Jiwa: Penggunaan kata-kata ini menunjukkan bahwa pujangga atau pencipta karya seni memiliki peran penting dalam membentuk budaya dan masyarakat. Ilham yang bersumber dari api jiwa menciptakan karya seni yang memiliki daya cipta dan daya hidup, seperti tempaan besi menjadi senjata.

Senjata Bangsa dan Pencapaian Tingkat Seni Tinggi: Puisi menekankan bahwa hasil tempaan dan pembentukan kemampuan bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai "senjata bangsa" yang mencerminkan keunggulan dan kemajuan. "Pencapaian tingkat seni tinggi murni" menunjukkan bahwa hasil yang dicapai merupakan karya yang memiliki nilai seni dan keunggulan.

Puisi "Pandai Besi" bukan hanya sekadar puisi yang menggambarkan proses tempaan besi fisik, tetapi juga membawa pesan tentang pembentukan karakter, perjuangan meraih prestasi, dan peran pujangga atau seniman dalam menginspirasi masyarakat. Puisi ini mendorong pembaca untuk menghargai nilai kerja keras, ketahanan, dan pengorbanan dalam mencapai kesempurnaan dan kemajuan.

Puisi
Puisi: Pandai Besi
Karya: Nursjamsu Nasution
    Biodata Nursjamsu Nasution:
    • Edjaan Tempo Doeloe: Nursjamsu Nasution.
    • Ejaan yang Disempurnakan: Nursyamsu Nasution.
    • Nursjamsu Nasution adalah penyair Angkatan '45.
    • Nursjamsu Nasution lahir di Lintau, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 1921.
    • Nursjamsu Nasution meninggal dunia di Jakarta pada tahun 1995.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.