Puisi: Rimba (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Rimba" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan perubahan dalam rimba dan interaksi manusia dengan alam.
Rimba


Rimba
Semakin hilang lebatmu
Rimba
Hidup
Jalan setapak
Menuju hulu

Rimba
Semakin hilang belantaramu
Rimba
Diriku
Mengelak tidak
Di tepian kali
Membangun teratak
Sebelum pengembara lain
Mengikuti bayangan ini!
Mengikuti jejak ini!


Kepahiang-Bengkulu, 1980

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Rimba" karya Slamet Sukirnanto adalah karya singkat yang menggambarkan perubahan dalam rimba dan interaksi manusia dengan alam. Meskipun pendek, puisi ini mengandung beberapa elemen penting yang dapat dianalisis:

Penggunaan Kata "Rimba": Kata "rimba" dalam bahasa Indonesia sering digunakan untuk menggambarkan hutan atau wilayah alam yang lebat dan liar. Dalam puisi ini, kata "rimba" digunakan sebagai simbol alam atau alam liar yang semakin berkurang karena aktivitas manusia.

Perubahan dalam Rimba: Puisi ini menggambarkan perubahan yang terjadi dalam rimba. Kata-kata "Semakin hilang lebatmu" dan "Semakin hilang belantaramu" mencerminkan proses perusakan alam oleh aktivitas manusia seperti deforestasi, urbanisasi, dan eksploitasi sumber daya alam.

Kontras Antara Rimba dan Manusia: Puisi ini menunjukkan kontras antara rimba yang semakin berkurang dan aktivitas manusia yang mengubah lingkungan alam. Manusia, dalam puisi ini, diwakili oleh kata "Diriku" yang mendirikan teratak di tepi kali. Teratak ini bisa dianggap sebagai representasi peradaban manusia yang terpisah dari rimba.

Pesan Perlindungan Alam: Puisi ini bisa dianggap sebagai sebuah pesan untuk lebih memperhatikan dan melindungi alam. "Rimba" yang semakin hilang adalah peringatan tentang bahaya eksploitasi alam yang berlebihan dan kerusakan lingkungan.

Motif Petualangan: Puisi ini juga mengandung motif petualangan atau eksplorasi. Kata-kata "Jalan setapak" dan "Mengikuti bayangan ini" atau "Mengikuti jejak ini" mengisyaratkan perjalanan yang mengarah ke hulu sungai atau tempat terpencil di rimba.

Bahasa yang Sederhana: Seperti banyak puisi oleh Slamet Sukirnanto, "Rimba" menonjolkan penggunaan bahasa yang sederhana dan jelas. Hal ini mempermudah pemahaman pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.

Secara keseluruhan, "Rimba" adalah puisi yang menggambarkan perubahan alam dan peran manusia dalam merusaknya. Ia juga menggambarkan keinginan manusia untuk menjelajahi dan memahami alam, meskipun dengan pengertian bahwa rimba semakin berkurang. Puisi ini dapat dianggap sebagai panggilan untuk lebih berhati-hati dalam mengelola sumber daya alam dan melindungi lingkungan hidup kita.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Rimba
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.