Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ubud dan Kegelisahan (Karya Yvonne de Fretes)

Puisi "Ubud dan Kegelisahan" menciptakan perasaan nostalgia, pertentangan antara tradisional dan modern, serta kebutuhan untuk mengatasi ...
Ubud dan Kegelisahan


tak perlu keluh kesah itu, Dayu
ruang dan waktu, apakah punya gerbang?
dimana gemintang tidak akan resah
menanti pelangi esok hari
terbit di antara barisan rapi
sawah hijau
yang kini kian tergusur oleh
keangkuhan bangunan hotel dan bisnis

nyanyian sungai tidak lagi merdu
memantul pada dinding dinding waktu yang tertinggal
ia mengadu entah kepada siapa
hilang kata kata di gelap
malam yang melipat dirinya sendiri

di tengah keisengan
dan kebisingan
berhamburan dari kafe-kafe itu

kemana hilangnya suara gending yang
begitu memikat, Dayu
renda penghias malam malam kita
selubungi mimpi sunyi sang pengembara

kita tak pernah tahu apakah Dewi Sri
pernah menangis,, bukan, Dayu?

toh gaung itu telah di bunyikan
alam semakin meruang
ruang semakin mengglobal
waktu semakin tak tereja
dan kita tetap disini
milik abad yang sedang
berpacu

tak perlu, Dayu
tak perlu
kegelisahan kita adalah juga kegelisahan semesta
menuju masa datang
atas nama
kemanusiaan, dan
cinta

Ubud, Bali, 1997

Sumber: Nyanyian Pulau-Pulau (2010)

Analisis Puisi:
Puisi "Ubud dan Kegelisahan" karya Yvonne de Fretes mencerminkan perubahan zaman yang memengaruhi kehidupan di Ubud, sebuah tempat yang pada awalnya dihiasi oleh keindahan alam dan kekayaan budaya Bali.

Nostalgia dan Perubahan: Puisi membuka dengan pernyataan "tak perlu keluh kesah itu, Dayu," menyoroti perasaan nostalgia terhadap Ubud yang dulu. Namun, puisi juga menggambarkan perubahan yang terjadi, termasuk penggusuran sawah hijau oleh bangunan hotel dan bisnis.

Perlawanan Terhadap Modernisasi: Penggambaran sawah hijau yang tergusur oleh bangunan modern menciptakan gambaran tentang perlawanan terhadap modernisasi yang merusak keaslian alam dan tradisi Bali. Hal ini menggambarkan kegelisahan terhadap kehilangan nilai-nilai budaya dan alamiah.

Keisengan dan Kebisingan Modern: Puisi mencatat keisengan dan kebisingan dari kafe-kafe modern, menciptakan kontras antara ketenangan alam dan kehidupan yang sibuk di era modern. Ini menyoroti bagaimana perubahan gaya hidup mempengaruhi keheningan dan keindahan Ubud.

Pertanyaan tentang Dewi Sri: Pertanyaan apakah Dewi Sri pernah menangis menciptakan nuansa filosofis, menunjukkan perubahan dalam hubungan manusia dengan alam dan mitosnya. Dewi Sri, sebagai lambang kesuburan, mungkin menjadi saksi kegelisahan yang terjadi.

Pesan tentang Kemanusiaan dan Cinta: Puisi menutup dengan menyatakan bahwa kegelisahan mereka adalah kegelisahan semesta, menyoroti isu-isu yang dihadapi oleh umat manusia secara global. Pesan tentang kemanusiaan dan cinta menciptakan dimensi yang lebih luas, menekankan kepentingan bersatu dalam menghadapi perubahan.

Puisi "Ubud dan Kegelisahan" tidak hanya merenungkan perubahan di Ubud secara lokal tetapi juga menggambarkan perubahan global dan kegelisahan kemanusiaan. Puisi ini menciptakan perasaan nostalgia, pertentangan antara tradisional dan modern, serta kebutuhan untuk mengatasi tantangan bersama dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan cinta.

Yvonne de Fretes
Puisi: Ubud dan Kegelisahan
Karya: Yvonne de Fretes

Biodata Yvonne de Fretes:
  • Yvonne de Fretes lahir pada tanggal 10 Oktober 1947 di Singaraja, Bali.
© Sepenuhnya. All rights reserved.