Puisi: Di Tengah Jalan (Karya Leon Agusta)

Puisi "Di Tengah Jalan" karya Leon Agusta menggambarkan perjalanan hidup manusia dengan penuh simbolisme kematian. Melalui gambaran tikungan nisan, ..
Di Tengah Jalan

Sayup-sayup terdengar panggilan ke ujung jalan
Di tiap tikungan nisan bertebaran
Orang-orang mengabarkan berita peperangan

Sayup-sayup terdengar suara kereta penghabisan
Gerbong-gerbong dikosongkan tinggal muatan kematian
Di tengah jalan terdengar lolongan bersahutan

Pekanbaru, Oktober, 1964

Sumber: Gendang Pengembara (2012)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Tengah Jalan" karya Leon Agusta merupakan karya yang sarat dengan gambaran keseharian dan pengalaman manusia di tengah-tengah kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun mendalam, penyair berhasil menyampaikan pesan dan makna yang dalam.

Panggilan di Ujung Jalan dan Tikungan Nisan: Puisi ini dibuka dengan gambaran sayup-sayup panggilan yang terdengar di ujung jalan. Penggunaan kata "ujung jalan" menciptakan citra batasan atau akhir suatu perjalanan. Kehadiran tikungan nisan menambah lapisan makna, menggambarkan kematian sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan hidup.

Berita Peperangan di Setiap Tikungan Nisan: Orang-orang mengabarkan berita peperangan di setiap tikungan nisan, memberikan kesan bahwa perjalanan hidup ini tidak hanya penuh dengan peristiwa biasa, tetapi juga penuh dengan konflik dan pertarungan. Nisan sebagai simbol kematian memberikan nuansa serius dan berat pada berita peperangan tersebut.

Suara Kereta Penghabisan dan Gerbong Kosong: Kemudian, penyair menggambarkan suara kereta penghabisan yang disertai dengan gerbong-gerbong yang dikosongkan, tinggal muatan kematian. Ini menciptakan citra perjalanan terakhir atau kepulangan yang suram, dengan gerbong-gerbong kosong yang mengisyaratkan kekosongan dan kehilangan.

Lolongan Bersahutan di Tengah Jalan: Pada akhir puisi, terdengar lolongan bersahutan di tengah jalan. Ini menciptakan suasana yang misterius dan menegangkan. Lolongan bersahutan bisa diartikan sebagai suara-suara kesedihan atau kehampaan yang menciptakan harmoni dalam ketidakpastian hidup.

Tema Kematian dan Kepergian: Puisi ini secara konsisten mengangkat tema kematian dan kepergian. Nisan, kereta penghabisan, dan lolongan bersahutan semuanya menggambarkan keseharian manusia yang penuh dengan perjalanan dan perpisahan. Tema ini memberikan nuansa kesedihan, kekosongan, dan misteri pada puisi.

Bahasa Simpel dengan Makna Mendalam: Leon Agusta menggunakan bahasa yang sederhana namun mampu menyampaikan makna yang mendalam. Penggunaan kata-kata seperti "sayup-sayup," "lolongan," dan "kematian" memberikan nuansa yang khas dan menciptakan gambaran yang kuat dalam pikiran pembaca.

Puisi "Di Tengah Jalan" karya Leon Agusta adalah karya yang menggambarkan perjalanan hidup manusia dengan penuh simbolisme kematian. Melalui gambaran tikungan nisan, suara kereta penghabisan, dan lolongan bersahutan, penyair menghadirkan suasana misterius dan penuh dengan pertanyaan tentang arti hidup dan kepergian. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan hidup yang penuh tantangan dan kepastian kematian yang tak terelakkan.

Leon Agusta
Puisi: Di Tengah Jalan
Karya: Leon Agusta

Biodata Leon Agusta:
  • Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.