Puisi: Hotel (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Hotel" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan berbagai momen dan emosi yang mungkin dialami oleh penghuni sementara di dalam hotel.
Hotel (1)

Kita bisa berhenti dan pesan satu kamar
Kita ingin lupa kita sudah tua dan punya anak lima orang
Dinding di sini cukup tebal dan tetangga tidak akan tahu kita berpeluk dan tertawa
Kau tutup mataku dengan tanganmu supaya aku hanya merasa tidak melihat
Kembang di jembangan di atas meja terbuat dari kertas merah muda

Hotel (2)

Aku bermimpi: telah mendengar nyanyian kanak dari kampung tak berhuni
Suara tak berujud tapi hadir, tak berkata tapi berbicara
Jamahan jari tak bermuka
Kata kerja tanpa benda
Waktu bangun aku terlupa semua nada dan tertawa tak perduli
Bagaimana kau bermimpi?
Bianglala turun di pantai siang
Bukit karang menjorok ke pangku laut dan gugur batu demi batu
Semua rebah tanpa suara dan air bercahaya di bawah riang warna melengkung
Dingin pagi membuat tubuhku menggigil dan gila mencium

Hotel (3)

Di kota ini semua orang jadi asing
Masing-masing memakai topeng atau ingin tak bermuka sama sekali
Kita anak yang bersalah yang malu akan kesalahan sendiri
Padamkan lampu. Kamar ini lobang perlindungan di jaman perang dan di waktu damai jadi persembunyian bagi maling dan bagi orang tua yang ingin muda kembali
Isteriku, kau kini pacarku yang baru malam ini berdamping

Hotel (4)

Tunggu aku di kamar ini kalau aku sedang pergi
Kalau merasa sepi bisa baca buku atau duduk di jendela melihat kehidupan lewat tak berhenti
Tapi jangan bicara dengan orang tak dikenal dan meninggalkan aku seperti dulu lagi
Jangan lekas percaya kepada orang baru datang
Petualangan menghilangkan perasaan setia. Engkau janji

Hotel (5)

Kalau langit itu biru, semua akan biru: bumi dan laut mata dan rambut, juga cinta dan kata yang terkulum di mulut
Tapi matahari telah padam sejak semalam
Dan badan kita terbaring di ranjang dalam kemelut kelam

Hotel (6)

Kita tidak akan berbicara tentang politik atau agama
Kita berbaring saja di dalam dekat lampu kelam
–Malam begitu dingin, kau pakai selimutmu yang tebal
Dan omong-omong mengenai anak kita yang bersekolah
Tentang ketekunannya, tentang perjuangannya hendak mengerti pengetahuan kita yang dewasa
Apa yang kita tahu. Hanya setitik cahaya di atas lautan rahasia
Kita ingat orang tua, bapak dan ibu
Yang tak pernah tahu masing hati
Yang berpaling ke kubur tetap membisu
Dan kita sendiri, apa yang kita tahu
Tanganmu dingin di tanganku. Peganglah erat
Rasakanlah. Hanya ini yang kutahu. Bahwa kau ada.
Hanya itu

Hotel (7)

Jangan kita cari tanah atau rumah
Kita tidak bisa tinggal lama
Malam kita menginap dan berangkat subuh hari
Kita anak piatu yang kehilangan bapak dan mencari
Di hotel ini kita bertemu dan di pojok jalan ke benteng tua berpaling muka
Kita akan saling lupa

Sumber: Keroncong Motinggo (1975)

Analisis Puisi:
Puisi "Hotel" karya Subagio Sastrowardoyo menciptakan gambaran yang mendalam tentang hubungan dan perasaan manusia dalam konteks hotel. Melalui tujuh bagian puisi yang berbeda, penyair menggambarkan berbagai momen dan emosi yang mungkin dialami oleh penghuni sementara di dalam hotel.

Pengantar Pelarian (Bagian 1): Bagian pertama menggambarkan hotel sebagai tempat pelarian dari kehidupan sehari-hari. Keinginan untuk melupakan usia dan tanggung jawab keluarga tercetus dari penghuni hotel ini. Ada nuansa keinginan untuk bersenang-senang dan berpelukan tanpa perasaan bersalah, yang diperkuat dengan gambaran kembang di atas meja yang terbuat dari kertas merah muda.

Mimpi dan Kehilangan (Bagian 2): Bagian kedua membawa pembaca ke dunia mimpi, di mana suara kanak-kanak dari kampung tak berhuni menjadi nyanyian yang menghantui. Mimpi ini menggambarkan perasaan ketidakpastian dan kehilangan dalam realitas yang tak terlupakan. Keadaan mimpi yang tidak terkendali menciptakan suasana kebingungan dan kehilangan orientasi waktu.

Kesepian dalam Kebingungan Kota (Bagian 3): Bagian ketiga menyoroti kesepian dan kebingungan di kota. Semua orang di kota ini terlihat asing dan masing-masing menutupi wajahnya. Hotel dijadikan tempat perlindungan dari perasaan malu dan kesalahan. Keinginan untuk kembali ke masa muda dan merasa bersalah seperti anak kecil yang melakukan kesalahan tergambar di sini.

Pesan Terpisah (Bagian 4): Bagian keempat memberikan nuansa pesan terpisah, di mana penghuni hotel meminta satu sama lain untuk menunggu dan tidak meninggalkan ketika ada kepergian sementara. Ada perasaan curiga terhadap orang baru yang datang, menggambarkan ketidakpercayaan dan kerinduan akan kestabilan dalam hubungan.

Kesunyian dalam Keputihan (Bagian 5): Bagian kelima menyampaikan kesunyian dan keputihan. Gambaran bahwa jika langit itu biru, maka segalanya akan biru, menunjukkan keinginan akan keindahan dan kemurnian. Namun, matahari yang padam dan badan yang terbaring dalam kemelut kelam menggambarkan realitas bahwa kehidupan tidak selalu indah.

Kedalaman dalam Kebingungan (Bagian 6): Bagian keenam membawa pembaca ke kedalaman hubungan di antara penghuni hotel. Pemilihan untuk tidak membahas politik atau agama menunjukkan upaya untuk menjauh dari topik yang dapat menyebabkan ketegangan. Penghuni fokus pada momen-momen kecil dan perasaan satu sama lain, menciptakan kedekatan di tengah kebingungan.

Pencarian dan Lupakan (Bagian 7): Bagian terakhir menutup puisi dengan pemikiran tentang pencarian dan kehilangan. Penghuni hotel dijelaskan sebagai anak piatu yang mencari dan bertemu di hotel ini, tetapi mereka bersama-sama sepakat untuk saling melupakan. Pilihan untuk tinggal di hotel menandakan sifat sementara dan penghindaran dari kewajiban jangka panjang.

Puisi "Hotel" menciptakan gambaran tentang hotel sebagai tempat perlindungan dan pelarian sementara dari kehidupan sehari-hari. Melalui berbagai bagian, puisi ini mengeksplorasi perasaan kehilangan, kesepian, dan kebingungan, menciptakan citra tentang manusia sebagai penghuni sementara dalam perjalanan hidup.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Hotel
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.