Puisi: Lebaran di Tengah-Tengah Gelandangan (Karya Bahrum Rangkuti)

Puisi "Lebaran di Tengah-Tengah Gelandangan" karya Bahrum Rangkuti menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehidupan kaum gelandangan, terutama ...
Lebaran di Tengah-Tengah Gelandangan

Di pinggir empang Pondok Cabe antara
bukit-bukit bambu dan pohon cemara
mulai menguntum apa yang bertahun-tahun
kita impikan. Di kakinya mata air tertegun

Jauh di kota gelandangan menguis sisa makanan
dalam tong-tong sampah kaki lima. Orok lahir di pinggir kali.

Kulihat tanganmu memberi apa yang mereka harapkan:
kain sembahyang, sekeping kehidupan berarti

Kau bertanya: — 'Kan tercapainya nazar kita
ini, membina cita-cita Adam: pangan, tauhid dan iman?
Pandangmu ke sekitar. Pisang, pepaya dan ketela

Aku mendoa – Tuhan inilah persembahan kami
Tanah, empang, kebun dan bukit-bukit ini
bagi mereka yang kehilangan jalan

Pondok Cabe, 2-12-1970

Sumber: Horison (Desember, 1971)

Analisis Puisi:

Puisi "Lebaran di Tengah-Tengah Gelandangan" karya Bahrum Rangkuti menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehidupan kaum gelandangan, terutama saat momen Lebaran tiba.

Gambaran Realitas Sosial: Puisi ini memberikan gambaran yang jujur tentang kondisi sosial kaum gelandangan, yang seringkali terpinggirkan dalam masyarakat. Bahrum Rangkuti dengan lugas menggambarkan kehidupan sehari-hari mereka, termasuk kesulitan mencari makanan dan tempat tinggal yang layak.

Kritik terhadap Ketimpangan Sosial: Puisi ini juga mencerminkan kritik terhadap ketimpangan sosial yang ada, di mana ada orang yang berkecukupan untuk merayakan Lebaran dengan kemewahan, sementara di sisi lain ada mereka yang harus berjuang keras untuk mendapatkan sesuap nasi. Hal ini tercermin dari perbandingan antara suasana Lebaran yang dirayakan dengan kemewahan, dengan realitas kaum gelandangan yang harus mengais rezeki dari tong sampah.

Tema Kemanusiaan dan Keagamaan: Meskipun menggambarkan penderitaan dan ketidakadilan, puisi ini juga mengangkat tema kemanusiaan dan keagamaan. Bahrum Rangkuti menyoroti pentingnya memberi dan berbagi kepada sesama, terutama pada momen yang dianggap suci seperti Lebaran. Pemberian kain sembahyang dan makanan kepada kaum gelandangan menjadi simbol kepedulian dan kebersamaan dalam menjalankan ajaran agama.

Harapan dan Doa: Meskipun menghadapi tantangan yang besar, puisi ini juga mengandung elemen harapan dan doa. Bahrum Rangkuti menyatakan doa atas keberkahan tanah dan alam, serta harapan akan tercapainya cita-cita Adam, yang mencakup pangan, tauhid, dan iman bagi semua orang, termasuk kaum gelandangan.

Penggunaan Bahasa dan Gambaran Alam: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sederhana namun kuat, mampu menggambarkan dengan jelas kondisi sosial dan alam tempat tinggal kaum gelandangan. Penggambaran alam, seperti bukit-bukit bambu dan pohon cemara, menambah kedalaman dan keindahan dalam puisi ini.

Dengan demikian, puisi "Lebaran di Tengah-Tengah Gelandangan" tidak hanya merupakan karya sastra yang menggugah, tetapi juga merupakan kritik sosial yang mendalam terhadap ketimpangan dalam masyarakat serta panggilan untuk saling berbagi dan peduli terhadap sesama, terutama yang kurang beruntung.

Bahrum Rangkuti
Puisi: Lebaran di Tengah-Tengah Gelandangan
Karya: Bahrum Rangkuti

Biodata Bahrum Rangkuti:
  • Bahrum Rangkuti lahir pada tanggal 7 Agustus 1919 di Galang, Deli Serdang, Sumatra Utara.
  • Bahrum Rangkuti meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1977 di Jakarta.
  • Bahrum Rangkuti adalah salah satu Sastrawan Angkatan '45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.