Sumber: Horison (November, 1966)
Analisis Puisi:
Puisi "Cicuruk" karya Sandy Tyas adalah sebuah karya yang menyuguhkan gambaran kehidupan yang ideal dan harmonis namun disertai dengan kesadaran akan ancaman kekacauan dan kehancuran. Melalui deskripsi yang indah dan kontras yang tajam, Tyas mengeksplorasi tema tentang keindahan hidup sehari-hari dan kerentanan terhadap konflik dan kekerasan.
Kehidupan Ideal: Penyair menggambarkan kehidupan yang ideal dan damai. Tyas menggunakan gambaran tentang hubungan keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang:
- Kesetiaan pasangan: "para lelaki masih sempat mengerti kesetiaan bini"
- Kebahagiaan bayi: "para bayi sempat merapatkan mulut di susu bundanya dengan mata bahagia"
- Anak-anak yang hening: "anak-anak yang bermata hening terpesona memandang orang tua"
- Kerukunan warga: "kerabat sewarga masih saling bertemu"
Deskripsi ini menciptakan suasana yang damai dan harmonis, di mana setiap anggota masyarakat berperan dalam menciptakan kehidupan yang seimbang dan penuh makna.
Kontras dengan Kekacauan: Setelah menggambarkan keindahan dan keharmonisan, Tyas beralih ke ancaman yang mengintai:
- Kekacauan sosial: "penjarahan, pembakaran dan perampokan, penculikan dan pembunuhan"
- Kerentanan dan kerapuhan: "bumi hijau molek di mata, rapuh jantungnya"
Kontras ini menekankan bahwa di balik keindahan dan kedamaian yang tampak, terdapat kerentanan yang dapat sewaktu-waktu dirusak oleh kekacauan dan kekerasan.
Simbolisme Cicuruk: "Cicuruk" sebagai tempat yang "selalu mendung" melambangkan ketidakpastian dan ancaman yang selalu mengintai. Meskipun digambarkan sebagai "bumi hijau molek di mata," Cicuruk memiliki "jantung yang rapuh." Ini mencerminkan kondisi yang rentan dan mudah terpengaruh oleh perubahan yang drastis.
Panggilan terhadap Penguasa: Bagian akhir puisi mengungkapkan rasa putus asa dan ketidakberdayaan masyarakat Cicuruk:
- Pertanyaan tentang nasib: "mempertanyakan nasib pada para prajurit dan bapak-bapak kita di Jakarta"
- Harapan akan perdamaian: "kapan merdeka tak ada perang saudara!"
Ini adalah seruan kepada para pemimpin dan penguasa untuk memperhatikan dan memperbaiki kondisi masyarakat yang menderita akibat konflik dan ketidakstabilan. Harapan akan kemerdekaan dan perdamaian menjadi aspirasi utama yang disampaikan melalui suara masyarakat yang letih dan frustrasi.
Puisi "Cicuruk" karya Sandy Tyas adalah refleksi yang mendalam tentang kehidupan yang ideal namun rentan terhadap kekacauan. Melalui gambaran yang kontras antara keindahan dan ancaman, Tyas mengeksplorasi tema harmoni keluarga, kerukunan masyarakat, dan ancaman kekerasan serta kekacauan sosial. Puisi ini menekankan pentingnya perhatian dari para pemimpin terhadap kondisi masyarakat yang menderita dan aspirasi mereka untuk hidup dalam kedamaian dan keadilan.
Karya: Sandy Tyas
Biodata Sandy Tyas:
- Sandy Tyas lahir di Semarang pada tanggal 17 April 1939.
- Sandy Tyas meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 Maret 2009 (umur 69 tahun).
