Puisi: Dia Lupakan Derita (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Dia Lupakan Derita" karya Aspar Paturusi mengingatkan pembaca akan pentingnya kesetiaan terhadap negara dan nilai-nilai yang melekat padanya.
Dia Lupakan Derita

Hari ke tujuh belas puasa
matahari beranjak naik
namun tak menyurutkan niat
seorang lelaki tua
menuju istana

Dia hanya ingin melihat
bendera berkibar di istana
dilihatnya bendera melambai
seolah memberi salam padanya
dengan sigap dia menghormat

“bendera bangsaku, teruslah berkibar
gemulai diterpa tiupan angin
kulihat wajah negeriku tersenyum”
dan lelaki tua itu turut senyum

Dilihatnya bendera itu memanjang
bahkan melebar menanungi orang-orang
dari sengatan terik matahari
dia menyaksikan para pejuang muda
dan barisan rakyat bergerak ke medan perang
dari balik kenangan, dia kembali tersenyum

Haus puasa tak dirasakannya
hari ini dia lupakan derita

Jakarta, 17 Agustus 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Dia Lupakan Derita" karya Aspar Paturusi mengeksplorasi tema-tema kebangsaan, keberanian, dan pengorbanan.

Spirit Kebangsaan: Puisi ini menciptakan suasana yang kental dengan semangat kebangsaan. Melalui gambaran seorang lelaki tua yang teguh dalam tekadnya untuk mengunjungi istana dan melihat bendera berkibar, penyair menggambarkan kecintaan dan loyalitasnya terhadap negara dan simbol-simbolnya.

Keberanian dan Pengorbanan: Meskipun sudah mencapai usia tua dan menghadapi berbagai derita dalam hidupnya, lelaki tua dalam puisi ini tetap memiliki semangat dan keberanian untuk melakukan perjalanan ke istana. Tindakannya mencerminkan pengorbanan dan komitmen yang mendalam terhadap tanah airnya, bahkan ketika dirinya mungkin merasa lelah atau tersiksa.

Kesetiaan dan Penghargaan: Ketika lelaki tua melihat bendera berkibar dan melihat para pejuang muda serta rakyat yang bergerak ke medan perang, dia merasa bangga dan senang. Penghargaannya terhadap bendera dan pengorbanan para pejuang merupakan ekspresi kesetiaan yang mendalam terhadap negara dan perjuangan nasionalnya.

Pembebasan dari Derita: Pada akhir puisi, terungkap bahwa lelaki tua tersebut merasa lupa akan derita dan kesusahannya. Ini menunjukkan bahwa semangat kebangsaan dan penghormatan terhadap perjuangan kolektif bisa menjadi sumber kekuatan dan ketenangan bagi individu, bahkan di tengah-tengah kesulitan dan penderitaan.

Bahasa dan Struktur Puisi: Aspar Paturusi menggunakan bahasa yang sederhana dan gambaran yang kuat untuk mengekspresikan tema-tema yang kompleks. Struktur puisi yang ringkas juga membantu dalam menyampaikan pesan-pesan yang kuat dengan efektif.

Puisi "Dia Lupakan Derita" adalah sebuah penghormatan terhadap semangat kebangsaan, keberanian, dan pengorbanan individu dalam mendukung perjuangan nasional. Puisi ini mengingatkan pembaca akan pentingnya kesetiaan terhadap negara dan nilai-nilai yang melekat padanya.

Aspar Paturusi
Puisi: Dia Lupakan Derita
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.