Puisi: Elegi Alam (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Elegi Alam" menggambarkan kompleksitas hubungan antara manusia dan alam, serta kondisi sosial-politik yang mempengaruhi kehidupan manusia.
Elegi Alam


gerimis mengantar senja ke dalam malam
kini aku beralih membaca isyarat wajah alam
aku tak kuasa menyaksikan gemuruh situasi
sejuta saudara seiman berduyung di jalanan
nyawa dan luka-luka menantang kekuasaan

gerimis mengantar senja ke dalam malam
di sini aku sedang menghayati keheningan
mereka bertarung sepanjang siang dan malam
mereka menanggalkan tahun-tahun derita
mereka berada di puncak kelelahan jiwa

gerimis mengantar senja ke dalam malam
aku berdiam diri dari hembusan udara dingin
mereka juga kedinginan namun jiwa membara
berjuta umat menghadapi seorang penguasa
kursi empuk, betapa berat meninggalkannya

gerimis mengantar senja ke dalam malam
kuputuskan tidak hanya membaca wajah alam
aku harus menajamkan mata ke sekeliling
kian banyakkah hal-hal aneh yang terjadi?
apakah kita terbuai oleh mimpi-mimpi?

Jakarta, 2 Februari 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Elegi Alam" karya Aspar Paturusi adalah refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan kondisi sosial-politik yang melanda masyarakat.

Penggambaran Alam: Puisi ini dimulai dengan gambaran gerimis yang mengantar senja ke dalam malam. Gerimis menjadi metafora bagi suasana yang teduh namun juga memilukan. Senja dan malam memberikan kesan kesedihan dan ketenangan yang suram.

Penderitaan Manusia dan Alam: Penyair menyajikan gambaran tentang penderitaan manusia dan alam yang berdampingan. Situasi sosial-politik yang penuh konflik tercermin dari gambaran "sejuta saudara seiman berduyung di jalanan." Ini mencerminkan konflik internal dan eksternal yang melanda masyarakat.

Keheningan dan Kebangkitan: Penyair mencerminkan keheningan yang dipenuhi dengan perjuangan dan kelelahan. Namun, ada juga semangat perlawanan yang tak terpadamkan, seperti yang terlihat dari "mereka juga kedinginan namun jiwa membara." Ini mencerminkan semangat kebangkitan dan perlawanan manusia meski dalam kondisi yang sulit.

Refleksi dan Pertanyaan: Puisi ini menunjukkan upaya penyair untuk merefleksikan kondisi sekitarnya. Pertanyaan-pertanyaan retoris yang diajukan pada akhir puisi menunjukkan kegelisahan penyair akan realitas yang dihadapi, serta penegasan akan pentingnya kritis dan waspada terhadap situasi yang terjadi di sekitar.

Gaya Bahasa: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat dalam menggambarkan suasana dan pemikirannya. Pemilihan kata-kata yang tepat membantu menyampaikan pesan dengan jelas dan mengundang pembaca untuk merenung.

Dengan demikian, puisi "Elegi Alam" adalah sebuah puisi yang menggambarkan kompleksitas hubungan antara manusia dan alam, serta kondisi sosial-politik yang mempengaruhi kehidupan manusia. Penyair mengajak pembaca untuk merefleksikan realitas yang dihadapi dan bertanya-tanya akan esensi keberadaan manusia dalam alam semesta yang penuh dengan tantangan.

Aspar Paturusi
Puisi: Elegi Alam
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.