Hukla Final Pacuan Kuda
Di sebuah gelanggang berjuta khalayak
hadir dengan jantung berdebar-debar
menunggu pacuan kuda putaran terakhir
Setiap mereka bertaruh dengan segala
kekayaan yang ada. Yang tak punya harta
mempertaruhkan nasib dan keyakinannya
Semuanya tegang menunggu, menatap bendera
menantikan aba-aba bagi satu peristiwa
sejarah yang sudah lama dinantikan dan
akan menentukan masa depan mereka
Ketika gong berbunyi pertanda pacuan
dimulai khalayak yang berjuta itu pun
berteriak bagaikan kesurupan. Huklaaa,
hukla, hukla hingga seekor kuda pada
akhirnya menembus pintu gerbang di
garis penghabisan yang segera disusul
dengan pekikan dan tepuk tangan gempita
Kemudian menyusul upacara dengan arak-
arakan mengelu-elukan sang pemenang
gagah perkasa yang telah didandani
dan dengan megah berjalan di depan
Suara genderang, teriakan hukla dan tepuk
tangan serta pekikan membahana ke langit tinggi
Tram tam tam tram tam tam tram tam tam tram tam tam
Tam tam tam tam tam tam tam tam tam tam tam
Huklaaa
Tram tam tam tram tam tam tram tam tam tram tam tam
Tram tam tam tram tam tram tam tram tam tam tam
Huklaaa
Dalam pacuan itu
tak ada pemenang nomor 2
kuda yang dipacu
hanya satu
1977
Sumber: Gendang Pengembara (2012)
Puisi: Hukla Final Pacuan Kuda
Karya: Leon Agusta
Biodata Leon Agusta:
- Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
- Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
- Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.