Puisi: Matahari Segi Empat (Karya Rachmat Djoko Pradopo)

Puisi "Matahari Segi Empat" membingkai perdebatan antara kejelasan dan kebingungan, serta antara pembatasan dan kebebasan dalam penggunaan kata-kata.
Matahari Segi Empat

Kata-katamu segi empat seperti matahari
Aku yang mendengarkannya cuma bias terganga
Tapi apakah yang lebih biru dari bulan
Kecuali kata-kata yang segitiga

    O, alangkah malangnya orang yang tidak malang
    Ketika mendengar halilintar di bawah tempat tidurnya

Tapi jangan menangis
Sebab penjara ada dimana-mana
Bagi orang yang kata-katanya bulat
Dalam kulminasinya bagai bulan purnama

    Besok ada burung-burung putih
    Lepas bebas melepas sayap
    Ketika matahari mendapatkan

Kebulatannya bagai dalam mimpi.


Analisis Puisi:
Puisi "Matahari Segi Empat" karya Rachmat Djoko Pradopo adalah sebuah karya yang menantang dan penuh dengan makna filosofis. Dalam puisi ini, penyair mengeksplorasi tema tentang kata-kata, bentuk, dan makna.

Metafora Matahari dan Bulan: Penyair menggunakan metafora matahari dan bulan untuk menyampaikan kompleksitas dalam penggunaan kata-kata. Kata-katamu disamakan dengan matahari segi empat, yang secara visual menarik namun terkadang sulit dimengerti. Sementara itu, kata-kata yang segitiga diibaratkan sebagai lebih biru dari bulan, mungkin merujuk pada kejernihan atau kedalaman maknanya.

Simbolisme Bentuk dan Makna: Bentuk-bentuk geometris seperti segi empat dan segitiga digunakan secara simbolis dalam puisi ini. Segi empat mewakili ketegasan dan kejelasan, sementara segitiga mungkin merujuk pada kompleksitas atau kebingungan.

Kontras Antara Klaritas dan Ketidakpastian: Penyair menciptakan kontras antara kata-kata segi empat dan segitiga untuk mengeksplorasi konsep kejelasan dan kebingungan. Meskipun kata-kata segi empat seperti matahari terang dan jelas, kata-kata segitiga lebih kompleks dan mungkin sulit dipahami.

Penjara Kata-kata Bulat: Penyair menyampaikan gambaran tentang penjara bagi kata-kata yang bulat. Hal ini bisa diartikan sebagai pembatasan makna atau pemahaman yang terbatas, yang sering kali terjadi dalam penggunaan kata-kata yang tidak tajam atau jelas.

Harapan dan Kebebasan: Puisi ini juga menyiratkan sebuah harapan akan kebebasan dan kejernihan. Burung-burung putih yang dilepaskan melambangkan kebebasan dari pembatasan kata-kata bulat, dan mungkin juga representasi dari pemahaman yang lebih mendalam.

Puisi "Matahari Segi Empat" adalah karya yang membingkai perdebatan antara kejelasan dan kebingungan, serta antara pembatasan dan kebebasan dalam penggunaan kata-kata. Dengan menggunakan metafora dan simbolisme yang kuat, penyair berhasil menciptakan sebuah karya yang merangsang pemikiran dan refleksi tentang kekuatan dan kompleksitas bahasa.

Puisi Rachmat Djoko Pradopo
Puisi: Matahari Segi Empat
Karya: Rachmat Djoko Pradopo

Biodata Rachmat Djoko Pradopo:
  • Rachmat Djoko Pradopo lahir pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Rachmat Djoko Pradopo adalah salah satu Sastrawan Angkatan '80.
© Sepenuhnya. All rights reserved.