Puisi: Mencari Bustanul Salatin (Karya L.K. Ara)

Puisi "Mencari Bustanul Salatin" karya L.K. Ara menyampaikan pesan tentang pentingnya memelihara dan menghargai warisan budaya dan pengetahuan yang ..
Mencari Bustanul Salatin

Kami mencarimu Bustanil Salatin
Kami ingin ketemu Tuan
Kami tahu lembar-lembarmu yang ribuan
Memuat intisari pemikiran
Agama Islam yang menjadi junjungan
Yang ditulis pula oleh pujangga
Di zaman Aceh jaya
Syeikh Nuruddin ar-Raniry namanya
Atas pesanan Sultan Mughayat Syah
Iskandar Sani yang bijaksana
Sungguh kami mencarimu Tuan
Di museum tuan tak dijumpa
Di PDIA kabarnya tuan pernah ada
Tapi kini telah dibawa bencana
Kami rindu tuan
Kami rindu pegangan
Yang ditulis pujangga kami
Syeikh Nuruddin ar-Raniri
Tokoh sastra klasik Melayu yang berbudi
Kami rindu Tuan
Jangan biarkan kami kesunyian
Jangan biarkan kami kehilangan
Apa kata Tuan?
Tuan ada di negeri Belanda
Lengkap seperti sediakala
Dengan ribuan halaman
Oh Tuan negeri Belanda
Terlalu jauh Tuan
Kami rakyat jelata Tuan
Buat sehari-hari saja kepayahan Tuan
Kalau bisa Tuan terbang saja kemari
Ke halaman rumah kami
Kami akan bikin kenduri selamatan
Bahwa Tuan telah berkenan
Kembali ke kampung sendiri
Melepas rindu-rindu kami.

Jakarta, 19 Juli 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Mencari Bustanul Salatin" karya L.K. Ara adalah sebuah karya sastra yang mempersembahkan rasa kerinduan dan kekaguman terhadap sejarah dan warisan intelektual, khususnya dalam konteks keislaman di Aceh pada masa lampau. Melalui puisi ini, Ara menyampaikan pesan tentang pentingnya memelihara dan menghargai warisan budaya dan pengetahuan yang telah diciptakan oleh para pemikir dan penulis terdahulu.

Kerinduan akan Warisan Intelektual: Puisi ini dimulai dengan ungkapan kerinduan dan keinginan untuk bertemu dengan Bustanul Salatin, sebuah karya sastra bersejarah yang merupakan intisari pemikiran agama Islam yang menjadi junjungan. Penyair menyatakan kerinduannya untuk memperoleh akses kepada pengetahuan dan pemikiran yang terkandung dalam karya tersebut.

Pujian terhadap Pengarang dan Pemelihara Warisan Budaya: Dalam puisi ini, Ara menghormati dan memuji Syeikh Nuruddin ar-Raniry, seorang pujangga di zaman Aceh jaya yang dikenal sebagai penulis Bustanul Salatin. Penyair menghargai kontribusi intelektualnya dan mengekspresikan keinginan untuk memelihara dan menghargai karya-karya sastra tersebut.

Kekecewaan atas Kehilangan Warisan Budaya: Meskipun ada upaya untuk mencari Bustanul Salatin, penyair merasa kecewa karena tidak dapat menemukannya di museum atau pusat dokumentasi lainnya. Hal ini mencerminkan kekhawatiran atas kehilangan dan kerusakan terhadap warisan budaya dan intelektual yang penting bagi identitas dan sejarah suatu masyarakat.

Ekspresi Kerinduan dan Keprihatinan: Puisi ini juga mencerminkan ekspresi kerinduan dan keprihatinan terhadap kondisi yang berbeda-beda di masa lalu dan masa kini. Ara mengekspresikan keinginan untuk dapat bertemu dengan Bustanul Salatin, sementara juga menyampaikan keprihatinannya atas keadaan yang terjadi di masa sekarang, di mana warisan budaya dan intelektual mungkin telah hilang atau rusak.

Harapan dan Permohonan: Penyair menutup puisi dengan harapan agar Bustanul Salatin dapat ditemukan kembali, dan mengajukan permohonan kepada pihak terkait, dalam hal ini Belanda, untuk mengembalikan karya tersebut ke tanah asalnya di Aceh. Ini mencerminkan aspirasi untuk memelihara dan memulihkan warisan budaya yang telah hilang atau diambil dari tempat asalnya.

Secara keseluruhan, puisi "Mencari Bustanul Salatin" karya L.K. Ara adalah sebuah ungkapan rasa kerinduan, penghargaan, dan keprihatinan terhadap warisan budaya dan intelektual. Melalui puisi ini, Ara menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga dan memelihara warisan budaya sebagai bagian integral dari identitas dan sejarah suatu masyarakat.

Puisi
Puisi: Mencari Bustanul Salatin
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.
© Sepenuhnya. All rights reserved.