Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pasar Pagi (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Pasar Pagi" karya Aspar Paturusi bercerita tentang seseorang yang tetap berusaha menjalani hidup meski berada dalam kondisi ekonomi yang sulit.
Pasar Pagi

kuharap kau tetap belanja di pasar pagi
bila duitmu tak mampu bayar ikan atau daging
beberapa butir terasi sudah cukup kau bawa pulang
santap sianglah dengan lahap dan penuh keriangan
syukurilah nikmat udang yang rela dilumat jadi terasi

jangan biarkan hidupmu dipepes serupa terasi
memang engkau tak berhak menolak dilahirkan
namun kau harus bertarung menaklukkan nasib
kuasai bumi sebelum kau dibaringkan di perutnya

kuharap kau tetap belanja di pasar pagi
dari situ kau memulai detak-detik  hidup
gagahkan diri seraya tersenyum pada matahari
agar dia tak menghisap habis peluh di tubuhmu

kuharap kau tetap belanja di pasar pagi
supaya aku tahu kau masih bernapas
dan masih memiliki sedikit harga diri

tegapkan langkahmu ke pasar pagi
belanjalah apa yang bisa kau beli

Jakarta, 10 Oktober 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Pasar Pagi" karya Aspar Paturusi adalah sebuah karya yang menyuarakan semangat hidup dalam balutan kesederhanaan. Melalui gambaran aktivitas belanja di pasar, penyair menghadirkan renungan yang jauh lebih luas daripada sekadar kegiatan ekonomi harian. Pasar pagi dalam puisi ini menjadi simbol ketekunan, harapan, dan perjuangan manusia menghadapi kenyataan hidup yang keras namun harus tetap dijalani dengan kepala tegak.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perjuangan hidup dan harga diri di tengah keterbatasan. Aspar Paturusi menggunakan suasana pasar pagi sebagai titik awal untuk menyoroti pentingnya semangat hidup, daya juang, dan sikap menerima nikmat sekecil apa pun dengan rasa syukur. Dalam dunia yang keras, pasar bukan hanya tempat transaksi, melainkan juga cermin dari keberanian seseorang menjalani hari-harinya.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang tetap berusaha menjalani hidup meski berada dalam kondisi ekonomi yang sulit. Dengan bahasa yang bersahaja namun menyentuh, penyair menasihati tokoh dalam puisi (dan juga pembaca) agar tetap berangkat ke pasar pagi meskipun uang yang dimiliki tidak cukup untuk membeli daging atau ikan. Bahkan terasi pun cukup, asal disantap dengan rasa syukur. Di balik nasihat tersebut, tersirat dorongan agar tidak menyerah pada nasib dan tetap mempertahankan harga diri dalam kehidupan yang tidak mudah.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa keberadaan seseorang di tengah kehidupan sosial dan ekonominya menjadi pertanda bahwa ia masih hidup secara utuh—tidak hanya bernapas, tetapi juga memiliki semangat dan martabat. Kehadiran di pasar pagi bukan hanya soal membeli bahan makanan, melainkan simbol keberanian untuk tetap "terlihat", untuk tetap berjuang, dan tidak menyerah dalam keterbatasan. Kalimat seperti “kuharap kau tetap belanja di pasar pagi / supaya aku tahu kau masih bernapas / dan masih memiliki sedikit harga diri” mengandung pesan mendalam bahwa keteguhan dalam rutinitas sederhana adalah bentuk perlawanan terhadap keputusasaan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi terasa hangat dan penuh empati, meskipun dibalut oleh kesadaran akan realitas hidup yang keras. Ada semangat penguatan dan dorongan moral dari penyair kepada orang yang sedang bergelut dengan kesulitan. Suasana pasar pagi yang biasanya hiruk-pikuk digambarkan secara simbolis sebagai ruang hidup yang terus bergerak, memberi kesempatan baru setiap hari bagi mereka yang tidak menyerah.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang disampaikan puisi ini sangat jelas: Jangan menyerah pada keadaan. Jalani hidup dengan rasa syukur dan harga diri, sekalipun hanya mampu membeli sedikit. Kehidupan tidak selalu memberi pilihan yang ideal, tapi kita tetap bisa menentukan sikap dalam menjalaninya. Pesan lainnya, bahwa perjuangan melawan nasib bukan semata-mata soal keberhasilan besar, melainkan tentang keberanian menghadapi hari, sekecil apa pun langkahnya.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji kehidupan sehari-hari yang sangat membumi:
  • “beberapa butir terasi sudah cukup kau bawa pulang” — membentuk imaji tentang keterbatasan ekonomi, tetapi juga kesederhanaan yang dirayakan.
  • “gagahkan diri seraya tersenyum pada matahari” — menggambarkan semangat yang harus terus dihidupkan meskipun tubuh lelah.
  • “tegapkan langkahmu ke pasar pagi” — menyuarakan optimisme dan ajakan untuk tidak menyerah.
Imaji yang digunakan tidak muluk-muluk, tetapi justru terasa dekat dengan kehidupan banyak orang, terutama masyarakat kelas pekerja.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora, seperti “hidupmu dipepes serupa terasi”, yang menggambarkan hidup yang dipaksa atau terhimpit, kehilangan bentuk aslinya.
  • Personifikasi, seperti “agar dia tak menghisap habis peluh di tubuhmu” — matahari digambarkan seolah-olah memiliki kehendak menguras tenaga.
  • Simbolisme, pasar pagi sebagai simbol keberanian, kesadaran diri, dan awal dari kehidupan harian.
Majas-majas ini memperkuat pesan moral puisi dengan cara yang tidak menggurui, melainkan mengajak melalui gambaran konkret.

Puisi "Pasar Pagi" karya Aspar Paturusi adalah karya yang sederhana dalam bentuk, namun dalam maknanya. Ia membicarakan hal-hal besar seperti perjuangan, martabat, dan makna hidup melalui medium yang sangat membumi: pasar pagi. Di tangan Aspar, aktivitas belanja menjadi metafora perlawanan terhadap takdir dan sekaligus perayaan atas semangat hidup. Pesannya tidak rumit, namun menyentuh: tetaplah hadir, tetaplah bergerak, dan jangan lepaskan harga dirimu, walau hanya bisa membeli terasi.

Aspar Paturusi
Puisi: Pasar Pagi
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.