Puisi: Penumpang Kelas I (Karya J. E. Tatengkeng)

Puisi "Penumpang Kelas I" karya J. E. Tatengkeng adalah sebuah refleksi tentang perubahan status sosial dan perjalanan hidup seseorang.
Penumpang Kelas I

Sampai umurku 30 tahun
aku selalu menumpang dek
Kini, berkat perjuangan temanku
dan penyerahan kedaulatan
aku penumpang kelas I

Aku salah seorang
barisan pegawai peninjau
yang mondar mandir
dari pulau ke pulau
membangun tanah air.

Saban malam di salon main bridge
dan minum bir
dan marah-marah sama pelayan.

Aku tak pernah tulis lapuran.

Aku turun ke darat,
Aku bayar sesuku pada buruh
dalam bulan Mei tanggal I

2/5/1951

Analisis Puisi:
Puisi "Penumpang Kelas I" karya J. E. Tatengkeng adalah sebuah refleksi tentang perubahan status sosial dan perjalanan hidup seseorang.

Perubahan Status Sosial: Puisi ini menggambarkan perubahan status sosial sang penutur. Sebelumnya, ia selalu menjadi penumpang kelas dek, yang mungkin merujuk pada status ekonomi dan sosialnya yang rendah. Namun, berkat perjuangan temannya dan upaya penyerahan kedaulatan, ia naik ke kelas I, yang menunjukkan perubahan status sosialnya yang signifikan.

Perjalanan Hidup: Dengan menyebutkan usia 30 tahun, penyair menggambarkan bahwa perubahan status ini mungkin terjadi setelah perjalanan hidup yang panjang dan penuh tantangan. Pergeseran dari kelas dek ke kelas I mencerminkan transformasi sosial dan eksistensial yang dialami oleh individu dalam perjalanan hidupnya.

Peran dalam Pembangunan: Penyair menyebutkan bahwa ia adalah bagian dari barisan pegawai peninjau yang bekerja keras untuk membangun tanah air. Hal ini menyoroti peran kontributifnya dalam proses pembangunan negara, yang mungkin merupakan faktor penting dalam kenaikan status sosialnya.

Potret Kelas Atas: Penyair menggambarkan suasana di kelas I, dengan acara santai di salon main bridge dan minum bir. Namun, meskipun telah naik ke kelas I, ia masih merasa jauh dari kehidupan mewah dan kekayaan yang sesungguhnya, terlihat dari sikapnya yang marah-marah kepada pelayan.

Kesederhanaan dan Kehidupan Sehari-hari: Meskipun telah naik kelas, penyair tetap merendahkan diri dan menghargai pekerja keras lainnya dengan membayar sesuku pada buruh. Tindakan ini menunjukkan kesederhanaan dan koneksi sosial yang dijaga penyair meskipun perubahan statusnya.

Dengan kata lain, puisi "Penumpang Kelas I" adalah sebuah refleksi tentang perubahan status sosial, perjalanan hidup, dan kesederhanaan seseorang dalam menghadapi keberhasilan dan transformasi dalam kehidupan. Puisi ini menggambarkan perubahan individu dari kelas bawah menuju kelas atas serta kepeduliannya terhadap sesama.

Puisi
Puisi: Penumpang Kelas I
Karya: J. E. Tatengkeng

Biodata J. E. Tatengkeng:
  • J. E. Tatengkeng (Jan Engelbert Tatengkeng) adalah salah satu penyair Angkatan Pujangga Baru. Nama panggilan sehari-harinya adalah Om Jan.
  • J. E. Tatengkeng lahir di Kolongan, Sangihe, Sulawesi Utara, 19 Oktober 1907.
  • J. E. Tatengkeng meninggal dunia di Makassar, 6 Maret 1968 (pada umur 60 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.