Puisi: Surat Bertanggal 17 Agustus 1946 (Karya Saini KM)

Puisi "Surat Bertanggal 17 Agustus 1946" karya Saini KM menggambarkan semangat perjuangan dan kemerdekaan dalam konteks perjuangan Indonesia.
Surat Bertanggal 17 Agustus 1946


Kami sambut fajar kami dengan cara tersendiri:
Tenggorok perunggu serak memaki-maki angkasa hitam
yang gemetar atas bumi karat dan rongsokan
tempat tulang-tulang abad lampau rapuh oleh asin air mata.

Hari ini pemuda-pemuda mengganti hati mereka dengan baja
Agar bisa tidur berbantal batu dan berselimut angin
Sedang bagi gadis-gadis kami hadiahkan mawar api
Kembang di ujung senapan, bau mesiu alangkah wangi!

Dengar! Lidah-lidah api memanggil di malam sepi,
berdentam, berdesing!
Kami pun ke luar, membajak Tanah Air dengan sangkur telanjang
Menyiramnya dengan darah, memupuknya dengan serpihan daging,
karena langit hanya menghujankan api dan besi, api dan besi.


1965

Sumber: Nyanyian Tanah Air (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Surat Bertanggal 17 Agustus 1946" karya Saini KM adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan semangat perjuangan dan kemerdekaan dalam konteks perjuangan Indonesia melawan penjajahan.

Konteks Sejarah: Puisi ini ditulis pada tanggal 17 Agustus 1946, yang adalah masa awal pasca-kemerdekaan Indonesia. Pada waktu itu, Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945, tetapi masih harus berjuang keras melawan penjajah Belanda yang mencoba untuk merebut kembali kendali.

Semangat dan Patriotisme: Puisi ini memancarkan semangat dan patriotisme yang tinggi. Penulisnya merayakan semangat perjuangan pemuda-pemuda Indonesia yang rela mengganti hati mereka dengan baja, sebuah metafora untuk keberanian dan tekad yang kuat dalam menghadapi segala kesulitan.

Imaji yang Kuat: Puisi ini menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan perjuangan. Tenggorok perunggu yang memaki-maki angkasa hitam menciptakan gambaran suara yang keras dan keras dalam memproklamirkan kemerdekaan. Mawar api yang diberikan kepada gadis-gadis adalah simbol semangat perjuangan yang menyala-nyala.

Perbandingan Kontras: Puisi ini menciptakan perbandingan kontras antara kedamaian dan kekerasan. Lidah-lidah api yang memanggil di malam sepi menciptakan gambaran kekerasan perang yang kontras dengan suasana damai dan indahnya mawar.

Pengorbanan dan Pengabdian: Puisi ini menggambarkan pengorbanan dan pengabdian para pejuang yang siap mengorbankan diri mereka demi kemerdekaan tanah air. Mereka rela tidur berbantal batu dan berselimut angin, dan bahkan membajak Tanah Air dengan sangkur telanjang.

Penentuan Nasib Sendiri: Puisi ini mencerminkan semangat untuk menentukan nasib sendiri, di mana pemuda-pemuda Indonesia berjuang keras untuk mempertahankan kemerdekaan mereka dan tidak mau dikendalikan oleh penjajah.

Puisi "Surat Bertanggal 17 Agustus 1946" adalah sebuah pengingat tentang semangat dan pengorbanan yang dibutuhkan dalam perjuangan kemerdekaan. Puisi ini menggambarkan perjuangan yang tak kenal lelah dan tekad yang kuat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Puisi Saini KM
Puisi: Surat Bertanggal 17 Agustus 1946
Karya: Saini KM

Biodata Saini KM:
  • Nama lengkap Saini KM adalah Saini Karnamisastra.
  • Saini KM lahir pada tanggal 16 Juni 1938 di Kampung Gending, Desa Kota Kulon, Sumedang, Jawa Barat.
  • Saini KM dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.