Puisi: Tak Ada Lagi (Karya L.K. Ara)

Puisi "Tak Ada Lagi" mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan, masa lalu, dan hubungan spiritual dengan alam dan Tuhan. L.K. Ara berhasil ...
Tak Ada Lagi


Tak ada lagi yang kucari di sini
Kecuali merasakan sinar bulan
Yang dingin oleh rindu

Tak ada lagi yang kucari di sini
Kecuali mendengar rintih angin
Di air danau

Tak ada lagi yang kucari di sini
Kecuali memandang kuburan tua
Tempat istirahat nenek moyangku

Tak ada lagi yang kucari di sini
Kecuali menyaksikan embun turun
Membasuh wajah rakyatku

Tak ada lagi yang kucari di sini
Kecuali merasakan gema doa
Dari orang yang menderita
Doa yang membumbung ke langit
Bersatu dengan awan
Bersatu dengan matahari
Lalu turun ke bumi
Mendatangi rumahmu
Memberi salam padamu
Masuk ke hatimu
Bicara tentang keadilan

Tak ada lagi yang kucari di sini
Tak ada lagi
Kecuali bekas masa kanak-kanak
Yang tertutup debu

Tak ada lagi yang kucari di sini
Kecuali melihat bayang sejarah
Perlahan tenggelam
Tak tertulis

Tak ada lagi yang kucari di sini
Tak ada lagi
Selain menyaksikan kasih-Mu
Yang terus menyirami bumi


Lhokseumawe - Takengon, Januari, 1986

Analisis Puisi:
Puisi "Tak Ada Lagi" karya L.K. Ara menggambarkan suasana hati yang penuh refleksi dan keheningan, menciptakan gambaran tentang pencarian makna dan hubungan manusia dengan alam, sejarah, dan spiritualitas.

Rindu dan Kerinduan: Puisi "Tak Ada Lagi" dimulai dengan ungkapan "Tak ada lagi yang kucari di sini," yang mencerminkan perasaan kekosongan dan keheningan. Rindu dan kerinduan menjadi tema sentral, dengan pencarian yang lebih mendalam daripada yang dapat dipenuhi oleh dunia materi.

Hubungan dengan Alam: Penyair menggunakan elemen-elemen alam, seperti sinar bulan, rintih angin, dan embun turun, untuk menggambarkan hubungan yang mendalam dengan alam. Ini menciptakan nuansa kedamaian dan keanggunan alam yang bersinergi dengan keheningan pencarian spiritual.

Kebangkitan Nenek Moyang: Penggambaran "kuburan tua tempat istirahat nenek moyangku" menciptakan citra kebangkitan dari masa lalu. Kuburan menjadi simbol warisan dan akar, sementara "nenek moyang" merepresentasikan warisan budaya dan nilai-nilai yang dihormati.

Keberadaan dan Doa yang Menderita: Penyair menyajikan keberadaan dan doa yang menderita sebagai bagian dari pencarian. Doa-doa yang membumi dan berkaitan dengan keadilan memberikan dimensi sosial dan spiritual pada puisi. Ungkapan "doa yang membumbung ke langit" mencerminkan harapan akan keadilan dan kebaikan.

Keberadaan Masa Kanak-Kanak dan Sejarah: "Selain menyaksikan kasih-Mu, yang terus menyirami bumi" menunjukkan keberadaan kasih Tuhan dan pengaruhnya pada bumi. Sejarah dan masa kanak-kanak yang tertutup debu melambangkan kenangan yang mungkin terlupakan dan warisan yang mendasar.

Spiritualitas dan Keheningan: Puisi ini menciptakan suasana spiritualitas dengan merenungkan alam dan hubungan dengan keberadaan yang lebih tinggi. Keheningan menjadi elemen penting yang menyertai pencarian dan refleksi dalam mencari makna kehidupan.

Ketidakberadaan Mungkinan Masa Depan: Penggunaan "tak ada lagi" mengindikasikan sebuah akhir atau kekosongan. Namun, dalam konteks puisi ini, ini juga dapat diartikan sebagai lembaran kosong yang menantikan cerita masa depan atau pencarian yang lebih dalam.

Puisi "Tak Ada Lagi" mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan, masa lalu, dan hubungan spiritual dengan alam dan Tuhan. L.K. Ara berhasil menggambarkan ketenangan, kerinduan, dan kebijaksanaan melalui gambaran-gambaran alam dan refleksi mendalam dalam pencarian makna hidup.

Puisi
Puisi: Tak Ada Lagi
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.
© Sepenuhnya. All rights reserved.