Puisi: Tukang Sampah (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Tukang Sampah" karya Aspar Paturusi bukan hanya sekedar menggambarkan tugas fisik tukang sampah, tetapi juga menyentuh dimensi lebih dalam ...
Tukang Sampah


sampah sudah pindah ke gerobak
pagi-pagi tukang sampah mengangkutnya
sebelumnya sampah seolah mengejek:
“dasar pemalas membiarkan kami tergeletak
kalian  tak mabuk oleh bau kami?”

perlahan tukang sampah menarik gerobak
berbagai macam sampah berhimpit sesak
bau tajam pun amat tajam menyengat
menjadikan cerah pagi terusik

kini sampah telah menghilang
namun sungguh sangat sayang
sampah-sampah di tubuhku
sampah-sampah di jiwaku
sampah-sampah di pikiranku
tak kutitip ke tukang sampah

Jakarta, 26 Oktober 2011

Analisis Puisi:
Puisi "Tukang Sampah" karya Aspar Paturusi mengangkat tema seputar sampah dan tukang sampah sebagai pengangkutnya. Dalam analisis ini, kita akan membahas beberapa elemen kunci yang memperkaya makna puisi ini.

Representasi Sampah dan Tukang Sampah: Puisi dibuka dengan gambaran bahwa sampah telah dipindahkan ke gerobak oleh tukang sampah pada pagi hari. Ada personifikasi dalam penyajian sampah seolah-olah mengejek manusia yang membiarkannya tergeletak. Pemilihan kata "dasar pemalas" memberikan nuansa emosi pada sampah, mengangkatnya sebagai entitas yang memiliki karakter.

Pagi Hari dan Tugas Tukang Sampah: Puisi menggambarkan aksi tukang sampah yang membawa gerobaknya untuk mengangkut berbagai macam sampah. Pagi hari yang cerah terusik oleh bau tajam dari sampah, menciptakan gambaran yang menyentuh indra pembaca dan menyoroti tugas berat yang diemban oleh tukang sampah.

Kontras Antara Kebersihan dan Keburukan: Ada kontras antara kebersihan pagi yang cerah dan bau tajam sampah yang menyengat. Pilihan kata-kata seperti "cerah pagi terusik" menciptakan ketidakseimbangan yang mengundang refleksi tentang hubungan manusia dengan lingkungan, terutama dalam hal penanganan sampah.

Pergeseran Fokus ke Sampah di Tubuh, Jiwa, dan Pikiran: Puisi mengalihkan fokusnya dari sampah fisik ke sampah abstrak dalam bentuk "sampah di tubuhku, jiwaku, dan pikiranku." Pergeseran ini menciptakan analogi antara sampah fisik yang diangkut oleh tukang sampah dan sampah-sampah abstrak yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh individu.

Rasa Sayang yang Tidak Diketahui oleh Tukang Sampah: Penutup puisi menyampaikan rasa sayang yang tidak diketahui oleh tukang sampah terhadap sampah-sampah abstrak dalam diri manusia. Ungkapan "namun sungguh sangat sayang" menciptakan nuansa penyesalan dan kepedihan terhadap keberadaan sampah-sampah tersebut.

Puisi "Tukang Sampah" karya Aspar Paturusi bukan hanya sekedar menggambarkan tugas fisik tukang sampah, tetapi juga menyentuh dimensi lebih dalam mengenai sampah-sampah abstrak yang ada dalam diri manusia. Dengan kata-kata yang sederhana, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang tanggung jawab terhadap lingkungan dan juga tentang penanganan internal terhadap "sampah-sampah" emosional dan mental.

Aspar Paturusi
Puisi: Tukang Sampah
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.