Puisi: Bisik Malam (Karya Djawastin Hasugian)

Puisi "Bisik Malam" karya Djawastin Hasugian menggambarkan pertentangan dan kerinduan di dalam hati manusia, serta harapan akan perdamaian dan ...
Bisik Malam


Dengarlah manis, malam melangkahkan kakinya pelan-pelan
menusuk hati paling dalam,
begitu sayu begitu rindu pandang kedamaian
kutahu semua mata memandangnya, kutahu semua hati merindunya

tapi sedemikian keras duri-duri hati manusia
kutahu anak-anak yang tak berdosa ibu-ibu yang cinta anaknya
mendoa mendamaikan hati pada malam sunyi begini
di mata tergetar hati murni nurani manusiawi.

di seberang sana manis mendendam kita, mungkin
mulut senjata telah dipasangnya,
jauh di benua lain orang-orang hitam memperjuangkan haknya
dipulau sana manusia-manusia mengusir penjajah ladangnya
dimana-mana manusia mendendam atas sesamanya, atas bangsa dan
bangsa, tembok-tembok sengsara yang didirikannya
apa benarkah yang membedakan mereka dengan kita
kulitnya? rambutnyakah?

setiap hari melahirkan jenderal manis
tapi bukan nabi,
setiap hari melahirkan dewa manis
tapi bukan Tuhan,
yang lahir saban hari bukan nabi
manusia biasa saja
seperti kita

dengarlah manis, malam terus melangkahkan kakinya
ke lubuk hati paling murni,
ke lubuk tenang mengaca bayang
besok matahari yang tua itu kan datang juga
kemudian kisah kemarin berulang kembali.

serdadu-serdadu sibuk dengan senjatanya
jenderal-jenderal penakluk sibuk dengan taktiknya
sama saja, mereka bukan Tuhan
petani-petani membalik tanah, anak-anak naikkan layang-layang
buruh-buruh di pabrik, pertambangan semua bekerja
semua untuk hidup,
untuk kebahagiaan hidup yang gelita
mengapa tak damai saja?

apakah manusia tak dapat hidup tanpa pembunuhan?
apakah manusia tak dapat hidup tanpa penindasan?
bukankah semua kita rindukan kebahagiaan dan kedamaian?

berdoalah kau manis sebelum kau tutupkan kelopak matamu
arti manusia bukan pada kulitnya,
arti manusia bukan pada ladangnya,
tapi pada kemanusiaannya.

berdoalah manis,
hanya dalam tidur dunia bisa dilupa
hanya dalam tidur, kelaparan, pembunuhan, kemiskinan
ketakutan bisa dilupakan,
tidurlah badan yang lelah
besok hidup menuntut kerja.


Rawamangun, Desember 1963

Analisis Puisi:
Puisi "Bisik Malam" karya Djawastin Hasugian adalah karya sastra yang menggambarkan pertentangan dan kerinduan di dalam hati manusia, serta harapan akan perdamaian dan kemanusiaan.

Atmosfer Malam: Puisi ini membawa pembaca ke dalam atmosfer malam yang tenang dan sunyi. Malam sering digambarkan sebagai waktu introspeksi dan kontemplasi.

Duri-Duri Hati: Puisi ini menyentuh tema konflik dan ketidaksepakatan di antara manusia. "Duri-duri hati" menunjukkan bagaimana manusia seringkali mempertahankan perasaan dan keyakinan mereka dengan keras, yang dapat menghalangi perdamaian.

Perjuangan dan Perdamaian: Puisi mengingatkan kita tentang perjuangan berbagai kelompok manusia untuk hak mereka. Ini mencakup perjuangan melawan penjajah, diskriminasi rasial, dan ketidakadilan sosial. Namun, puisi juga menekankan bahwa harapan ada untuk perdamaian dan persatuan.

Kemanusiaan: Puisi ini menggambarkan kepentingan kemanusiaan sebagai faktor yang mendalam. Penyair meresapi ide bahwa semua manusia, terlepas dari warna kulit atau asal usul mereka, berbagi rasa empati dan keinginan untuk hidup dalam damai.

Perbedaan yang Tak Relevan: Penyair menekankan bahwa perbedaan fisik, seperti warna kulit atau rambut, sebenarnya tidak menentukan nilai seseorang sebagai manusia. Ini adalah pernyataan penting tentang kesetaraan manusia.

Mimpi dan Realitas: Puisi ini merenungkan perbedaan antara mimpi yang indah dan realitas yang keras. Meskipun ada idealisme dan harapan akan perdamaian, realitas sering kali menunjukkan keberlanjutan konflik dan ketidakadilan.

Doa dan Perdamaian: Puisi mengajak kita untuk berdoa dan merenungkan makna kemanusiaan serta pentingnya kedamaian. Doa di malam hari diilustrasikan sebagai momen refleksi dan harapan akan hari esok yang lebih baik.

Kesadaran akan Kemanusiaan: Puisi ini menggambarkan kesadaran tentang pentingnya memperlakukan manusia dengan kasih sayang, menghormati hak-hak dasar mereka, dan bekerja menuju perdamaian global.

Puisi "Bisik Malam" mengandung pesan tentang pentingnya kemanusiaan dan perdamaian dalam dunia yang sering penuh konflik. Puisi ini juga mengingatkan kita tentang peran penting sastra dalam menyampaikan pesan moral dan sosial. Penyair menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan dan gagasan yang mendalam tentang hubungan antara manusia dan dunia.

Puisi: Bisik Malam
Puisi: Bisik Malam
Karya: Djawastin Hasugian

Biodata Djawastin Hasugian:
  • Djawastin Hasugian lahir di Sigalapang-Pakkat, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada tahun 1943.
© Sepenuhnya. All rights reserved.