Puisi: Pantai Masa Kanak (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Pantai Masa Kanak" karya Aspar Paturusi menggambarkan perubahan lingkungan dan zaman yang mempengaruhi masa kanak seorang individu.
Pantai Masa Kanak


dimana pantai masa kanak yang lembut pasirnya
kuingin berbaring lagi seperti ketika habis berenang
sampah kantong pelastik, bungkus rokok dan lainnya
merintangi tubuhku untuk rebah seraya mata terpejam
bila kubuka mata, aku selalu terpesona pada langit biru

kutahu sejak mula aku harus menerima apa adanya
di mana-mana banyak orang kehilangan masa lalunya
kampung halamannya dilumat gaya hidup masa kini
pohon kelapa, mangga, pisang bahkan sawah-sawah
digusur mal, bioskop, gedung, toko dan warung

aku mau bilang apa, mereka mau apa lagi
tak ada yang mesti ditangisi
siapa yang memulai semua ini

Jakarta, 20 Februari 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Pantai Masa Kanak" karya Aspar Paturusi adalah sebuah karya yang menggambarkan perubahan lingkungan dan zaman yang mempengaruhi masa kanak seorang individu.

Penggambaran Pantai Masa Kanak: Puisi ini mengawali dengan penggambaran "pantai masa kanak" yang memiliki pasir yang lembut. Pantai ini adalah tempat kenangan indah masa kanak sang penyair, tempat di mana ia berenang dan bermain. Penggambaran ini menciptakan perasaan nostalgia dan kenangan manis.

Kontemplasi Tentang Perubahan: Puisi ini mencerminkan perasaan penyesalan atas perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu. Sampah-sampah seperti kantong plastik dan bungkus rokok yang merintangi pantai merupakan simbol perubahan negatif dalam lingkungan, yang mungkin mencerminkan perasaan penyair terhadap kerusakan lingkungan.

Keindahan Alam dan Kepekaan Lingkungan: Penyair menyebutkan pandangannya terhadap langit biru, yang merupakan bagian dari alam yang tetap indah. Pesan di sini mungkin adalah tentang pentingnya menjaga keindahan alam dan melindungi pantai dan lingkungan dari pencemaran dan perusakan.

Perubahan Sosial dan Budaya: Puisi ini juga menggambarkan perubahan dalam masyarakat dan budaya. Penyair merenungkan bagaimana banyak orang kehilangan akar dan budaya mereka karena pengaruh modernisasi, urbanisasi, dan globalisasi. Kehilangan tempat-tempat seperti sawah, pohon kelapa, mangga, dan pisang mencerminkan kerinduan akan masa lalu yang hilang.

Perasaan Penerimaan dan Ketidakberdayaan: Penyair mengekspresikan perasaan ketidakberdayaan dan penerimaan terhadap perubahan yang tak bisa dihindari. Ia menerima bahwa hal-hal telah berubah dan merasa seolah-olah tidak dapat berbuat banyak untuk menghentikan perubahan tersebut.

Penutup yang Membingungkan: Puisi ini berakhir dengan baris-baris yang membingungkan: "aku mau bilang apa, mereka mau apa lagi / tak ada yang mesti ditangisi / siapa yang memulai semua ini." Penutup ini dapat diartikan sebagai ungkapan rasa bingung dan kebingungan di hadapan perubahan-perubahan yang terjadi.

Secara keseluruhan, puisi "Pantai Masa Kanak" menciptakan perasaan melankolis yang merenungkan perubahan alam dan masyarakat seiring berjalannya waktu. Puisi ini menggambarkan rasa nostalgia dan kerinduan akan masa kanak, sambil mencerminkan kekhawatiran akan perubahan lingkungan dan budaya yang tak terelakkan.

Aspar Paturusi
Puisi: Pantai Masa Kanak
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.