Puisi: Peziarah Sepi (Karya A. Munandar)

Puisi "Peziarah Sepi" karya A. Munandar menggambarkan perjalanan spiritual seseorang yang merenungkan tentang kerinduan, kesendirian, dan proses ...
Peziarah Sepi

Hanyalah ingin
dan angan yang mendidih
sementara kerinduan
menyembelih
pelan-pelan. Termangu
lantaran cinta
sudah sepekan
mengangkat bendera putih.

Aku tak ingin menjadi tua
yang tergesa, yang keras kepala
yang bicara tapi tak ada yang mendengarkan.

        Malam, lindungilah peziarah sepi
        yang menua dan lupa
        yang tak punya lagi
        yang harus disesali.

14 September 2020

Analisis Puisi:
Puisi "Peziarah Sepi" karya A. Munandar merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan spiritual seseorang yang merenungkan tentang kerinduan, kesendirian, dan proses penuaan dalam kehidupan. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun dalam, A. Munandar menyampaikan pesan-pesan yang mendalam tentang hakikat kehidupan dan hubungan manusia dengan alam dan dirinya sendiri.

Rindu dan Kerinduan: Puisi ini dimulai dengan penggambaran yang kuat tentang kerinduan yang mendalam. Kata-kata seperti "Hanyalah ingin dan angan yang mendidih" menciptakan gambaran tentang hasrat yang menggebu-gebu dan kerinduan yang tak terpenuhi. Namun, secara kontras, ada juga kesadaran bahwa kerinduan tersebut "menyembelih pelan-pelan", menunjukkan bahwa proses pemenuhan kerinduan tidak selalu cepat dan mudah.

Perjalanan Spiritual: Kehadiran kata "Peziarah" dalam judul puisi menunjukkan adanya tema spiritualitas dalam karya ini. Peziarah biasanya merujuk kepada seseorang yang melakukan perjalanan spiritual atau ziarah ke tempat-tempat suci. Dalam konteks puisi ini, "Peziarah Sepi" mungkin merujuk kepada individu yang melakukan perjalanan spiritual dalam kesendirian, mencari makna hidup dan kedamaian batin.

Penuaan dan Penyesalan: Kata-kata "Aku tak ingin menjadi tua yang tergesa, yang keras kepala yang bicara tapi tak ada yang mendengarkan" mencerminkan rasa takut akan proses penuaan yang tergesa-gesa dan kesendirian yang menghantui. Ada penyesalan yang tersirat dalam pemikiran ini, bahwa kehidupan yang telah dijalani tidak mencapai tujuan yang diharapkan.

Permohonan kepada Malam: Puisi ini ditutup dengan permohonan kepada malam untuk melindungi "peziarah sepi". Permohonan ini dapat diartikan sebagai harapan seseorang untuk mendapat perlindungan dan ketenangan dari alam ketika menghadapi kesendirian dan proses penuaan dalam kehidupan.

Kesan dan Pesan: Melalui puisi "Peziarah Sepi", A. Munandar mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan spiritual dan eksistensial manusia dalam menghadapi kerinduan, kesendirian, dan penuaan. Ia menyoroti keinginan manusia untuk mencari makna hidup dan kedamaian batin, serta mengingatkan akan pentingnya hubungan dengan alam dan refleksi diri dalam menghadapi perjalanan kehidupan.

Dengan bahasa yang sederhana namun dalam, A. Munandar berhasil menyampaikan pesan-pesan yang menggugah hati pembaca dan mengajak mereka untuk merenungkan makna yang terkandung dalam setiap perjalanan hidup.

Puisi: Peziarah Sepi
Puisi: Peziarah Sepi
Karya: A. Munandar
© Sepenuhnya. All rights reserved.