Puisi: Sungai Mahakam (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Sungai Mahakam" mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan, perubahan, dan hubungan manusia dengan alam. Melalui gambaran Sungai ...
Sungai Mahakam

seratus tahun apalagi ribuan tahun lalu
orang bisa berkaca pada bening airmu
mungkin setetes air surga jatuh ke bumi
lalu malaikat mangalirkannya dari hulu

wajah apa bisa dipandang di air coklat
jutaan tangan mengabaikan jernih airmu
tapi mereka harus memburu rezeki
dari pagi ke pagi mereka melintasimu

tak mungkin lagi kembali ke masa lalu
mahakam menuju takdir masa depan


Samarinda, 13 April 2012

Analisis Puisi:
Puisi "Sungai Mahakam" karya Aspar Paturusi merupakan sebuah karya sastra yang mencerminkan keindahan alam sungai yang memiliki makna mendalam. Puisi ini menggambarkan Sungai Mahakam sebagai simbol kehidupan, perjalanan waktu, dan tantangan yang dihadapi oleh manusia.

Gambaran Umum Puisi: Puisi ini terdiri dari tiga bait dengan gaya bebas, di mana penyair menggunakan kata-kata yang sederhana namun sarat makna. Puisi ini tampaknya mencoba menggambarkan perjalanan sungai dari masa lalu, kondisinya saat ini, hingga mengarah pada masa depan.

Makna Metafora Sungai Mahakam: Pada bait pertama, penyair memulai dengan menggambarkan waktu yang telah berlalu, "seratus tahun apalagi ribuan tahun lalu." Sungai Mahakam dianggap sebagai cermin bagi masa lalu yang mencerminkan kejadian-kejadian sejarah. Kemudian, ungkapan "mungkin setetes air surga jatuh ke bumi" menciptakan citra keindahan dan keberkahan sungai sebagai anugerah ilahi.

Realitas Kehidupan di Pinggiran Sungai: Bait kedua dan ketiga menggambarkan realitas kehidupan di sekitar Sungai Mahakam. Meskipun sungai memiliki air yang bening dan jernih, banyak orang yang tinggal di sekitarnya mengalami kesulitan hidup. "Wajah apa bisa dipandang di air coklat" memberikan gambaran bahwa keindahan sungai tidak selalu tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Perjuangan Manusia dan Kehidupan Sehari-hari: Penyair menyoroti perjuangan manusia yang harus memburu rezeki, meskipun terkadang harus mengorbankan keindahan alam di sekitar mereka. Meskipun jutaan tangan mengabaikan kejernihan sungai, kehidupan terus berlanjut. Ini mencerminkan realitas keras kehidupan di mana orang harus berjuang untuk bertahan hidup meskipun terkadang harus melepaskan keindahan alam.

Makna Perubahan dan Takdir Masa Depan: Penutup puisi mengekspresikan bahwa Sungai Mahakam tidak dapat kembali ke masa lalu, tetapi terus bergerak maju "menuju takdir masa depan." Hal ini dapat diartikan sebagai pengakuan bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan, dan manusia harus menerima takdir masa depan tanpa bisa mengubah masa lalu.

Puisi "Sungai Mahakam" mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan, perubahan, dan hubungan manusia dengan alam. Melalui gambaran Sungai Mahakam, penyair menggambarkan kontras antara keindahan alam dan realitas kehidupan manusia. Puisi ini memicu refleksi tentang bagaimana kita sebagai manusia harus beradaptasi dengan perubahan dan menghadapi takdir masa depan dengan bijak.

Aspar Paturusi
Puisi: Sungai Mahakam
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.