Puisi: Angin di Atas Pantai Sanur (Karya Ngurah Parsua)

Puisi "Angin di Atas Pantai Sanur" karya Ngurah Parsua memadukan keindahan alam dengan perasaan manusia, spiritualitas, dan refleksi atas kehidupan.
Angin di Atas Pantai Sanur

malam menari
sinar-Nya purnama sunyi
Angin di atas pantai Sanur
hening, dicumbui angin timur
membelai derai
bunga luruh helai demi helai
kepada-Nya

Pelancong tak kembali
sudah lebur tak peduli
terjerat cinta
dilumat pantai
malam itu

Berserakan pesta rindu
sisa upacara
Seruling sudah usai ditiupnya
gamelan senyap memanggilnya
dibasuh cinta
lengang tengah malam
Bertemu damai hatinya

Apakah engkau cari, tuan
bidadari pergi sejak itu
cemburu mengiriskan sembilu
tak tertahan rindu

Angin tertidur sampai pagi
sesaat dibacanya mantram, blur
Melasti darah ditabur
Dibasuh laut: terkubur

Laut membasuh duka
bagi setiap tapa
basuh musuh; amarah
nafsu, serakah dan sampah

Diusungnya ke tepi setiap hari
memandangi kehidupan
kesetiaan kebajikan

Angin pemukul gendrang sunyi
rindu abadi tak bertepi
bidadari menari-nari
di taman damai, berbunga permai
Bertemukah sesudah ini?

Nelayan melaut tertelan cakrawala
menjaring impian tertidur lelap
Menenggelamkan kekalahan ke pusar,
lautnya pantai Sanur

Apakah engkau cari, tuan
bencana pagi ini berhamburan
manis kasih
perih luka
sudah lama diberitakan orang
Borgol kebencian melumuri keterikatan
beriak ombak bersedu-sedan
– membuahkan air mata beracun ­–
membakar kesumat, alangkah sayang
Belajar merenungi angin
menengadah mengenang kesetiaan-Nya

Angin di atas pantai Sanur
Kuil kencana rumah Tuhan abadi
Pura, gereja, mesjid, maupun vihara
bangunlah cintanya
tanah dan cinta milik-Nya

Laut membasuh derita
matahari pagi rindu terjelang
melambai pulang

Denpasar, 2000

Analisis Puisi:
Puisi "Angin di Atas Pantai Sanur" karya Ngurah Parsua adalah ungkapan perasaan dan pengamatan penyair tentang keindahan dan keagungan pantai Sanur serta berbagai aspek kehidupan manusia yang terjadi di sekitarnya.

Pemandangan Pantai Sanur: Puisi ini menggambarkan pemandangan malam di pantai Sanur yang indah. Penyair menggambarkan bulan purnama yang bersinar terang dan menari di malam yang sunyi. Angin timur yang lembut di atas pantai memberikan sentuhan ketenangan pada pemandangan ini.

Perasaan Malam: Malam yang digambarkan dalam puisi ini terasa sunyi dan penuh dengan keheningan. Puisi menciptakan atmosfer yang tenang dan damai, memberikan pengaruh positif dan menggugah rasa spiritual.

Cerita Cinta: Puisi ini mengisahkan perasaan cinta yang berakhir tragis. "Pelancong tak kembali" dan "sudah lebur tak peduli" menggambarkan perasaan kehilangan yang mendalam. Pantai Sanur menjadi saksi bisu atas cinta yang berakhir dalam kepedihan.

Pesta Rindu: Ungkapan "berserakan pesta rindu" menggambarkan bagaimana perasaan cinta dan kerinduan yang tertinggal setelah kepergian seorang kekasih. Upacara dan seruling telah berakhir, meninggalkan kenangan yang sepi.

Cuci Uji: Ada elemen-elemen spiritual dalam puisi ini yang mencerminkan upacara dan pemurnian. "Melasti darah ditabur" dan "Dibasuh laut: terkubur" mungkin merujuk pada sebuah proses pembersihan atau penyucian.

Laut Sebagai Penyembuh: Laut digambarkan sebagai elemen yang memiliki kemampuan untuk membersihkan dan menyembuhkan. Ia membasuh duka dan tapa (latihan keagamaan) serta mencuci berbagai emosi negatif seperti amarah, nafsu, dan serakah.

Kesetiaan dan Kebajikan: Penyair mengangkat tema kesetiaan dan kebajikan yang menjadi ciri khas masyarakat Bali. Ia menunjukkan bahwa kesetiaan dan kebajikan adalah bagian integral dari kehidupan masyarakat Bali.

Kehidupan yang Bermakna: Puisi ini juga merenungkan makna kehidupan dan kepentingan menjalani kehidupan yang baik. Ia menggambarkan ketenangan spiritual yang dapat ditemukan dalam pengamatan dan refleksi terhadap alam.

Keindahan Pantai Sanur: Selain itu, puisi ini juga memuliakan keindahan pantai Sanur sebagai tempat suci dan rumah Tuhan yang abadi. Tempat-tempat ibadah seperti pura, gereja, mesjid, dan vihara dilihat sebagai bagian yang penting dari cinta dan milik Tuhan.

Perjalanan Spiritual: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi hubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Angin, laut, matahari, dan elemen alam lainnya menjadi bagian dari perjalanan spiritual dan refleksi atas kehidupan.

Puisi "Angin di Atas Pantai Sanur" adalah sebuah karya yang memadukan keindahan alam dengan perasaan manusia, spiritualitas, dan refleksi atas kehidupan. Ini adalah sebuah puisi yang mengajak pembaca untuk merenung dan menghargai hubungan antara manusia, alam, dan kehidupan.

Puisi: Angin di Atas Pantai Sanur
Puisi: Angin di Atas Pantai Sanur
Karya: Ngurah Parsua

Biodata Ngurah Parsua:
  • Ngurah Parsua memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Parsua.
  • Ngurah Parsua lahir di Bondalem, Singaraja, Buleleng.
© Sepenuhnya. All rights reserved.