Puisi: Diam (Karya Kuntowijoyo)

Puisi "Diam" karya Kuntowijoyo mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda dan merenungkan nilai-nilai yang terkandung ..
Diam

Diam itu udara
mengendap di pohon
menidurkan derkuku
menjentik ranting patah
menyulam rumah laba-laba

Yang petapa menutup mata
Ketika angin membisik duka
mengusap halus ruang
dengan isyarat jantungnya
Serangga berjalan biasa
seolah ia tak di sana

Yang petapa menutup mata
ketika udara menggoda dendam
hanya napas yang lembut
menghembus cinta
Daun pun mengerti
menghapus debu di dahinya

Yang diam.
Yang petapa.
Yang sahabat.
Yang cinta.

Sumber: Isyarat (1976)

Analisis Puisi:

Puisi merupakan bentuk seni yang memungkinkan penulis untuk menyampaikan pemikiran dan perasaan mereka melalui kata-kata dengan cara yang kreatif dan simbolis. Puisi "Diam" karya Kuntowijoyo adalah salah satu karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenung dan menggali makna di balik kata-kata yang disusun dengan indah.

Gaya Bahasa dan Imaji Puisi

  1. Metafora dan Simbolisme: Puisi ini penuh dengan metafora dan simbolisme yang menggambarkan keheningan dan kehadiran yang tak terlihat. "Diam itu udara" menggambarkan ketenangan dan keheningan sebagai sesuatu yang esensial, seperti udara yang tak terlihat tetapi sangat berpengaruh.
  2. Ranting Patah dan Laba-Laba: Patahnya ranting dan laba-laba yang menyulam rumah menggambarkan kehidupan yang terus berlanjut meskipun di dalam ketenangan dan diam. Ini bisa diartikan sebagai kehidupan yang tersembunyi di balik kesunyian.

Dua Sisi Kehidupan

  1. Petapa dan Serangga: Puisi ini membagi kehidupan menjadi dua sisi, yakni yang petapa yang mampu menutup mata terhadap kehidupan sehari-hari dan serangga yang hidup tanpa disadari oleh yang petapa. Ini menciptakan kontras antara kehidupan yang disadari dan kehidupan yang terabaikan.
  2. Angin yang Membisik Duka: Angin yang membisik duka dapat diartikan sebagai bagian dari kehidupan yang membawa kesedihan dan tantangan. Namun, yang petapa mampu menutup mata terhadap hal-hal tersebut.

Dendam dan Cinta

  1. Udara yang Menggoda Dendam: Penggunaan udara yang menggoda dendam menciptakan suasana misterius dan menegangkan. Namun, hanya napas lembut yang mampu menghembuskan cinta. Ini bisa diartikan sebagai kekuatan cinta yang dapat melawan dendam dan kebencian.
  2. Daun yang Mengerti: Personifikasi daun yang mengerti dan menghapus debu di dahinya menciptakan gambaran tentang kebijaksanaan alam dan kepekaan terhadap keadaan.

Pesan dan Makna

  1. Keheningan sebagai Kekuatan: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kekuatan di dalam keheningan dan diam. Diam tidak hanya sekadar ketiadaan suara, tetapi juga bisa menjadi sumber kebijaksanaan dan pemahaman yang mendalam.
  2. Keseimbangan Hidup: Puisi ini menyoroti keseimbangan antara kehidupan yang terlihat dan yang tersembunyi, antara kebahagiaan dan kesedihan, serta antara cinta dan dendam.
Puisi "Diam" karya Kuntowijoyo merupakan karya sastra yang kaya akan makna dan imaji. Dengan penggunaan bahasa metaforis dan simbolisme yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda dan merenungkan nilai-nilai yang terkandung di dalam keheningan.

Puisi: Diam
Puisi: Diam
Karya: Kuntowijoyo

Catatan:
  • Prof. Dr. Kuntowijoyo, M.A.
  • Kuntowijoyo lahir pada tanggal 18 September 1943 di Sanden, Bantul, Yogyakarta.
  • Kuntowijoyo meninggal dunia pada tanggal 22 Februari 2005 (pada usia 61 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.