Puisi: Ibu dan Anak Tunggal (Karya Umbu Landu Paranggi)

Puisi "Ibu dan Anak Tunggal" karya Umbu Landu Paranggi adalah ungkapan emosional tentang hubungan antara seorang ibu dan anaknya yang merupakan .....
Ibu dan Anak Tunggal


di suatu malam yang sejuk-tenang
kala itu bulan bersinar terang
bocah-bocah di halaman asyik bermain kejaran
berlari sembunyi di balik rerumputan
begitu si anak sangat rindu masa kecilnya dulu

ia minta cerita pada ibu tuanya
tentang masa kecilnya dahulu yang ia lupa

ibu tuanya mulai cerita –
dulu anak waktu kau masih kecil
kau memang termasuk anak yang paling nakal
kedua tangan dan kaki kecilmu terlalu gatal
tiap-tiap hari kau mesti dihukum atau dipukul
ayahmu mengikat kaki tanganmu atau ibu memilin kedua telingamu mungil

sukamu pada makanan yang manis-manis yang kental
sukamu pada pakaian yang necis-necis yang mahal
senangmu menyapa pada orang yang tak dikenal
kau bermain mesti selalu dikawal

si anak lalu bertanya –
ibu, begitu dalamkah cinta yang ditanamkan?
begitu besarkah harapan yang ayah-ibu gantungkan?

si ibu menjawab dan memeluk anaknya –
ya, kau anak satu-satunya, anak bungsu anak sulung
anak lanang, anak paling disayang.


Jogja, 1959

Sumber: Fadjar Menjingsing, Mimbar Indonesia (7 Mei 1960)

Analisis Puisi:
Puisi "Ibu dan Anak Tunggal" karya Umbu Landu Paranggi adalah ungkapan emosional tentang hubungan antara seorang ibu dan anaknya yang merupakan anak tunggal. Puisi ini menggambarkan momen intim di antara keduanya saat anak merenung tentang masa kecilnya dan meminta ibunya untuk menceritakan kenangan masa lalu. Melalui interaksi ini, puisi ini mengungkapkan dinamika hubungan keluarga, harapan, dan pengorbanan.

1. Hubungan Ibu dan Anak:
Puisi ini mengilustrasikan hubungan yang kuat antara seorang ibu dan anak tunggalnya. Anak merasa rindu akan masa kecilnya dan mencari penghubung dengan ibunya melalui cerita. Interaksi ini menciptakan rasa kedekatan emosional yang dalam antara mereka.

Penggambaran Masa Kecil: Puisi ini menciptakan gambaran masa kecil anak yang nakal dan penuh gairah. Anak digambarkan sebagai sosok yang aktif dan berani, namun juga sering mendapatkan hukuman dari orang tuanya. Gambaran ini menunjukkan realitas dari dinamika hubungan orang tua dan anak, di mana anak kadang-kadang dapat membuat kesal orang tuanya.

Pengorbanan Orang Tua: Ibu dalam puisi ini menggambarkan pengorbanan dan kasih sayang yang tulus kepada anaknya. Meskipun anak sering mendapatkan hukuman, ibu tetap merawat dan menyayangi dengan penuh kasih sayang. Penggambaran ini mencerminkan cinta tanpa syarat yang dimiliki oleh seorang ibu terhadap anaknya.

Harapan dan Keistimewaan Anak Tunggal: Puisi ini juga menunjukkan harapan dan ekspektasi yang tinggi yang ditempatkan oleh orang tua pada anak tunggal mereka. Anak dianggap sebagai "anak lanang, anak paling disayang." Harapan ini mungkin mencerminkan keinginan orang tua agar anak mereka sukses dan bahagia dalam hidupnya.

Pertanyaan Anak dan Jawaban Ibu: Puisi ini menciptakan dialog antara anak dan ibu melalui pertanyaan dan jawaban. Pertanyaan anak tentang kedalaman cinta dan harapan yang ditanamkan oleh orang tua dijawab oleh ibu dengan jawaban yang mencerminkan rasa kasih sayang dan pengorbanan ibu.

Makna Simbolis: Meskipun puisi ini menggambarkan interaksi konkret antara ibu dan anak, bisa diartikan secara lebih luas sebagai representasi hubungan antara generasi yang lebih tua dan lebih muda serta berbagai harapan dan pengorbanan yang terkait dengannya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti keluarga, kasih sayang, dan hubungan emosional dalam konteks yang lebih luas.

Pencerminan Keluarga: Puisi ini mencerminkan keragaman emosi dalam hubungan keluarga, dari kenakalan anak hingga cinta tanpa syarat dari ibu. Hal ini dapat membangkitkan rasa relatabilitas dan mengingatkan pembaca akan momen-momen emosional dalam hubungan keluarga mereka sendiri.

Puisi "Ibu dan Anak Tunggal" menghadirkan gambaran hubungan keluarga yang intim dan menyentuh. Pesan tentang cinta, pengorbanan, dan harapan melalui interaksi sehari-hari di dalam keluarga memberikan kesan mendalam pada pembaca. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya hubungan keluarga dan rasa syukur akan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua.

Puisi: Ibu dan Anak Tunggal
Puisi: Ibu dan Anak Tunggal
Karya: Umbu Landu Paranggi

Biodata Umbu Landu Paranggi:
  • Umbu Landu Paranggi lahir di Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur, 10 Agustus 1943.
© Sepenuhnya. All rights reserved.