Analisis Puisi:
Puisi "Ibu" karya Ngurah Parsua adalah penghormatan dan penghargaan terhadap peran ibu dalam kehidupan, sekaligus sebuah refleksi tentang keabadian puisi itu sendiri.
Puisi sebagai Ibu: Puisi ini membandingkan puisi dengan ibu. Dalam konteks puisi ini, ibu adalah metafora untuk puisi itu sendiri. Ini mengekspresikan gagasan bahwa puisi lahir dari imajinasi dan kreativitas seorang penyair, sebagaimana seorang anak lahir dari ibunya.
Proses Kelahiran: Puisi digambarkan sebagai sesuatu yang "lahir dari kelelahan" dan sebagai hasil dari "pesta larut malam." Ini menggambarkan proses yang melelahkan dan kadang-kadang bahkan intens dalam menciptakan puisi, mirip dengan proses kelahiran fisik.
Hubungan dengan Darah: Puisi dan ibu sama-sama dikaitkan dengan darah. Darah di sini mungkin melambangkan komitmen, pengorbanan, dan emosi yang terlibat dalam mengekspresikan ide dan perasaan melalui puisi. Darah juga bisa menjadi simbol kehidupan, menunjukkan bahwa puisi memiliki kekuatan untuk menghidupkan dan menyentuh hati pembaca.
Terukir di Semesta: Kata-kata "terukir manis" dan "terukir" digunakan untuk menggambarkan puisi dan ibu. Ini menggambarkan keabadian dan kekuatan kata-kata dalam puisi serta hubungannya yang mendalam dengan kisah hidup dan pengalaman manusia. Kata-kata dalam puisi dianggap sebagai "rahasia abadi," yang merujuk pada kekuatan puisi untuk mengabadikan perasaan dan pengalaman dalam kata-kata yang tak akan pernah hilang.
Mengingat Perjalanan: Puisi ini mengatakan bahwa membaca puisi adalah cara untuk mengingat perjalanan hidup dan pengalaman. Puisi tidak hanya menjadi sarana ekspresi, tetapi juga menjadi medium untuk merenungkan perjalanan kehidupan dan mengeksplorasi makna di balik pengalaman-pengalaman tersebut.
Bijaklah Dititi: Puisi ini menyimpulkan dengan kalimat "bijaklah dititi tak perlu menepi." Hal ini menggambarkan pentingnya menjaga dan merayakan puisi, serta terus menjalin hubungan dengan kata-kata yang menggugah hati dan pikiran.
Puisi "Ibu" karya Ngurah Parsua adalah sebuah karya yang menggambarkan kekuatan, keabadian, dan pentingnya puisi dalam kehidupan manusia. Ia mengangkat peran ibu sebagai metafora yang kuat untuk puisi, menunjukkan bahwa keduanya memiliki kekuatan untuk menciptakan, menghidupkan, dan menginspirasi.
Puisi: Ibu
Karya: Ngurah Parsua
Catatan:
- Ngurah Parsua memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Parsua.
- Ngurah Parsua lahir di Bondalem, Singaraja, Buleleng.