Senja di Kadipaten
matahari tergolek di selangkangan bumi, asap memilinudara di sepanjang jalan, api menjalar berbaris ke setiaphalaman rumah, ratusan mulut menganga di tengahlapangan. Rumah-rumah menyembunyikan kebingungan,mau beranjak ke mana? Gumpalan hati sudah menyebarmengangkangi sudut-sudut kampung, embusan napasnyamenciptakan atmosfer golok baja yang terbius darah. tak ada yang berani menatap waktu, jantung yang bergantungdalam dada tak luput dicengkeram elmaut. Bayangan hitammenutup tudung langit, sedangkan bintang hutan telah kehilangansarang. Hanya batu yang setia menunggu sisa lembaran tanah,kekhawatiran dan kepedihan satu-satu menetes memenuhi kantungusus yang hampa. jiwa pun terbang meninggalkan badan, mencari sudut [mushola]yang terasing, atau serpihan sajadah yang sudah gosong, hanyaangin senja yang terus mencakar wajah, menyempurnakanriwayat yang terkalahkan.
Cirebon, 2000Puisi: Senja di Kadipaten
Karya: Juniarso Ridwan
Catatan:
- Juniarso Ridwan lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 10 Juni 1955.