Puisi: Bedugul (Karya Kurnia Effendi)

Puisi "Bedugul" karya Kurnia Effendi menggambarkan keindahan alam di daerah Bedugul, Bali, serta interaksi antara alam dan manusia.
Bedugul


Kaki-kaki bukit yang menyelam ke dasar telaga, melahirkan
anak-anak ikan. Pada  rambutnya yang bermahkota kabut,
sesekali menyembur gerimis. Keluarga raya wanara menanti
penggemar: kaum pelesiran yang mencairkan pundi tabungan

— dingin  meraut kulit

Kelok jalan mengerat bukit seperti pisau alit mengupas limau
Dari tubir tinggi memandang danau bersalin hijau. Kita tak
mengenal karib penghuni di kedung-kedung suwung. Meski
telah mereka ajak saudara kita anjangsana dan berumah di sana

— akar  melilit surya


Singaraja, 2011

Sumber: Hujan, Kopi, dan Ciuman (2017)

Analisis Puisi:
Puisi "Bedugul" karya Kurnia Effendi adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan alam di daerah Bedugul, Bali, serta interaksi antara alam dan manusia. Puisi ini membawa pembaca pada perjalanan visual dan sensorial melalui deskripsi yang indah tentang pemandangan alam.

Deskripsi Alam yang Memukau: Puisi ini memulai dengan gambaran alam yang memukau di Bedugul. Penggunaan bahasa yang metaforis, seperti "kaki-kaki bukit yang menyelam ke dasar telaga" dan "rambutnya yang bermahkota kabut," menghadirkan gambaran yang indah dan memikat tentang alam di sana. Ini menciptakan suasana damai dan tenang yang merayu pembaca.

Kehidupan di Alam: Puisi ini juga mencatat kehidupan alam di sekitar danau di Bedugul. "Anak-anak ikan" yang lahir dari "kaki-kaki bukit" adalah gambaran tentang kehidupan yang bermekaran di dalam danau. Ini menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, di mana manusia adalah penggemar dan penikmat alam yang indah ini.

Kritik Terhadap Pembangunan: Penggunaan frasa "kaum pelesiran yang mencairkan pundi tabungan" menciptakan lapisan kritik sosial dalam puisi ini. Ini mengisyaratkan dampak pariwisata terhadap alam dan budaya lokal. Terkadang, pengunjung yang berlebihan dapat merusak lingkungan alam dan mengganggu kehidupan masyarakat setempat.

Lanskap yang Memukau: Puisi ini juga menggambarkan lanskap fisik Bedugul yang dramatis. "Kelok jalan mengerat bukit seperti pisau alit mengupas limau" menciptakan gambaran tentang jalan berkelok yang menantang yang melewati pegunungan dan bukit di daerah tersebut.

Pertautan Manusia dengan Alam: Puisi ini menyoroti bagaimana manusia dan alam saling terkait. Referensi terhadap "penghuni di kedung-kedung suwung" dan "telah mereka ajak saudara kita anjangsana" menggambarkan hubungan manusia dengan alam serta budaya setempat yang berdampingan dengan alam.

Simbolisme Akar dan Surya: Puisi ini diakhiri dengan kalimat "akar melilit surya," yang dapat diartikan secara simbolis. Akar mungkin mencerminkan akar budaya dan tradisi yang dalam di daerah tersebut, sementara "surya" (matahari) adalah simbol kehidupan dan energi. Ini mungkin menciptakan makna tentang keabadian dan ketahanan alam serta budaya di Bedugul.

Puisi "Bedugul" karya Kurnia Effendi adalah sebuah karya yang memukau yang menggambarkan keindahan alam Bedugul di Bali dan interaksi antara manusia dan alam. Dengan bahasa yang indah dan deskripsi yang kuat, puisi ini menciptakan gambaran yang mengundang pembaca untuk merenungkan keajaiban alam dan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam. Tidak hanya sebagai sebuah deskripsi, puisi ini juga menyiratkan pesan sosial tentang keberlanjutan lingkungan dan penghormatan terhadap budaya setempat.

Puisi: Bedugul
Puisi: Bedugul
Karya: Kurnia Effendi

Biodata Kurnia Effendi:
  • Kurnia Effendi lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Oktober 1960.
© Sepenuhnya. All rights reserved.