Puisi: Interior Senja (Karya Kurnia Effendi)

Puisi "Interior Senja" menghadirkan kombinasi gambaran alam, perasaan, dan simbolisme yang mendalam. Dengan kata-kata yang dipilih dengan cermat, ...
Interior Senja


Itulah pantai
Dengan batas langit dan kaki bukit
Sebentuk pinggang benua
Terlihat ramping dari angkasa

Alangkah gaduh cuaca
Seperti sisa perang brubuh
Yang bergerak meninggalkan ekuator

Dari bingkai jendela
Tumbuh menara korintian
Membatas warna, membedakan waktu yang tersisih
Dan reda menjelang malam

Bekas hangat bibirmu
Ingin menetap di tengkuk
Tak kudengar ucapan perpisahan
Selain desir langkah yang meninggalkan

Alangkah gaduh perasaan
Sayatan emas yang tercampak di cakrawala
Telah mengirim ujung kerasnya ke jantungku
Meninggalkan bercak merah padam

Itulah senja
Dengan batas langit antara dua waktu
Dan keputusan yang segera
Dilupakan


Jakarta, 1997

Sumber: Hujan, Kopi, dan Ciuman (2017)

Analisis Puisi:
Puisi "Interior Senja" karya Kurnia Effendi menciptakan suasana yang puitis dan menggugah perasaan.

Gambaran Alam dan Kosmos: Puisi ini dimulai dengan deskripsi pantai yang menciptakan gambaran alam yang luas dan penuh keindahan. Ada sentuhan kosmik dalam penggambaran batas langit dan kaki bukit sebentuk pinggang benua. Metafora ini memberikan dimensi epik pada alam, merangkulnya sebagai bagian dari keseluruhan kosmos.

Cuaca dan Perang Brubuh: Puisi menyajikan gambaran cuaca yang gaduh, seperti sisa perang brubuh yang meninggalkan ekuator. Ini bisa diartikan sebagai metafora dari kehidupan manusia yang sering kali penuh dengan konflik dan kegelisahan. Cuaca yang gaduh juga menciptakan suasana dramatis dan melibatkan pembaca secara emosional.

Imaji Menara Korintian dan Bingkai Jendela: Menara korintian yang tumbuh dari bingkai jendela menciptakan gambaran tentang keindahan arsitektur yang terkesan megah dan monumental. Ini bisa melambangkan aspirasi manusia untuk mencapai keabadian dan keindahan dalam pencarian makna hidup.

Desir Langkah dan Perpisahan: Ungkapan "Tak kudengar ucapan perpisahan / Selain desir langkah yang meninggalkan" memberikan nuansa nostalgia dan kehilangan. Langkah yang pergi meninggalkan bekas dan suara yang membawa kepergian, menciptakan ruang untuk pembaca merenung tentang perpisahan dan perubahan.

Gambaran Hangat Bibir dan Bercak Merah Padam: Puisi ini memanfaatkan gambaran-gambar sensual seperti bekas hangat bibirmu yang ingin menetap di tengkuk. Bercak merah padam menciptakan kontras dengan suasana senja, memberikan warna dan emosi yang mendalam pada puisi.

Keputusan yang Segera dan Lupa: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran senja yang memiliki batas langit antara dua waktu dan keputusan yang segera. Keputusan yang segera ini mengingatkan pada sifat sesaat dan transien waktu. Lupa, dalam konteks ini, dapat diartikan sebagai cara manusia melupakan atau melepaskan sesuatu dengan cepat.

Gaya Bahasa dan Rima: Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini bersifat puitis dan terkesan simbolis. Rima alamiah dan ritme yang terasa mengalir memberikan kesan keharmonisan dalam ungkapannya.

Puisi "Interior Senja" menghadirkan kombinasi gambaran alam, perasaan, dan simbolisme yang mendalam. Dengan kata-kata yang dipilih dengan cermat, Kurnia Effendi mampu menyampaikan keindahan dan kegelisahan manusia di hadapan kebesaran alam dan waktu yang terus bergerak. Puisi ini merangsang pembaca untuk merenung tentang hubungan antara manusia dan alam semesta.

Puisi: Interior Senja
Puisi: Interior Senja
Karya: Kurnia Effendi

Biodata Kurnia Effendi:
  • Kurnia Effendi lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Oktober 1960.
© Sepenuhnya. All rights reserved.