Puisi: Menatap Bendera dalam Gerimis (Karya Wahyu Prasetya)
Puisi: Menatap Bendera dalam Gerimis
Karya: Wahyu Prasetya
Menatap Bendera dalam Gerimis
kelembutan waktu yang melahirkan seribu musim dan sejarahdalam masa lalu yang dicucuri airmata dari segala orang.saat teror, darah yang mudah dilupakan, bahkan kematian,lalu tiba kami memandang pembangunan gedung, hotel, golf...sejarah ternyata tak cengeng,walau dikelilingi nasib sial dan pengkhianatankami menatap langit luas dengan lambaian bendera,bersama gerimisyang dijelmakan oleh celoteh 180 juta anak anak
tempatku ngomong kadang di tengah malam yang ngantuktanpa kalimat panjang apalagi bahasa yang benar.orang-orang merdeka,menelponku lewat telpon genggam dan faximile:surat kabar dicetak dengan huruf huruf: labamaka seratus gedung sekolah dasar di pelosok IDTrobohdiruntuhkan oleh kenyataan dan tipudaya kebenaran siapa
menatap bendera dalam gerimis kedua mata anak istridan orang orang yang hidup sebagai diriku.sebagai korek api yang seakan-akan diyakinisegera menjelma kebakaran di kampung halaman Jakartamerdeka!aku terbakar dalam ketakpahaman pikiran sendiriada yang sia-sia harus dituliskan oleh sebatang besi!
1995
Sumber: Gerbong (1998)
Puisi: Menatap Bendera dalam Gerimis
Karya: Wahyu Prasetya
Biodata Wahyu Prasetya:
- Eko Susetyo Wahyu Ispurwanto (akrab dipanggil Pungky) lahir pada tanggal 5 Februari 1957 di Malang, Jawa Timur.
- Wahyu Prasetya meninggal dunia pada hari Rabu tanggal 14 Februari 2018 (pada umur 61).