Puisi: Mengenang Bandung dari Jauh (Karya Kurnia Effendi)

Puisi "Mengenang Bandung dari Jauh" karya Kurnia Effendi adalah sebuah karya yang menggambarkan kenangan dan perasaan nostalgia terhadap Bandung, ....
Mengenang Bandung dari Jauh


Jalan-jalan basah menuju puncak bukit, hutan kecil, rimbun daun
Jalan-jalan rindang dengan pohonan yang setia menjadi payung
Jalan-jalan teranyam rumit, gang-gang dengan rumah yang rapat
Jalan-jalan yang seperti beku, garis-garis wajah kota yang tak berubah
Jalan-jalan dengan lalu-lintas sibuk, warna-warni terhenti, bergeser lambat
Jalan-jalan yang hangat oleh kafe, aroma kopi-krim suara kenes mojang Priangan
Jalan-jalan sendu dan larut di bawah embun malam, sinar lampu yang temaram
Jalan-jalan dengan lintasan cepat, waktu dan peristiwa tumpah-tindih
Jalan-jalan gembur, ladang subur penuh tanaman sayur
Jalan-jalan berhias gelak-tawa anak muda, aroma keringat mahasiswa
Jalan-jalan dalam denyut rahasia, malam dengan musik fusion, ciuman berkelebat
Jalan-jalan menukik sunyi pada tebaran kabut, samar uap jagung rebus
Jalan-jalan berserak aneka rona bunga, ucapan selamat dan warna perak kematian
Jalan-jalan tak tentu arah, memisah dari mata angin
Jalan-jalan saling bersilang, menembus hatimu, menderu suara di hatiku, terseret gelombang waktu
Kini membayang dalam genangan air mata
Ketika semua menjadi jauh
Seperti sebuah jarak


Jakarta, 1999

Sumber: Hujan, Kopi, dan Ciuman (2017)

Analisis Puisi:
Puisi "Mengenang Bandung dari Jauh" karya Kurnia Effendi adalah sebuah karya yang menggambarkan kenangan dan perasaan nostalgia terhadap Bandung, sebuah kota di Jawa Barat, Indonesia. Puisi ini terdiri dari beberapa bagian yang menggambarkan berbagai aspek dan karakteristik Bandung.

Keindahan dan Keanekaragaman Bandung: Puisi ini menggambarkan keindahan alam dan keanekaragaman Bandung melalui penggambaran jalan-jalan basah, hutan, gang-gang, dan pohonan yang menjadi payung. Juga disebutkan tentang kafe, aroma kopi, dan suara kenes mojang Priangan yang mencerminkan kehidupan sosial dan budaya kota ini.

Kehidupan Sosial dan Budaya: Puisi ini juga mencerminkan kehidupan sosial dan budaya Bandung, dengan referensi kepada mahasiswa, anak muda, dan musik fusion. Penggambaran gelak-tawa anak muda dan aroma keringat mahasiswa menciptakan citra kehidupan yang penuh semangat dan dinamis.

Nostalgia dan Rasa Rindu: Puisi ini penuh dengan rasa nostalgia dan rindu terhadap Bandung, seperti mencari kenangan yang pernah dialami. Kata-kata seperti "hangat", "sendu", "larut", dan "terseret gelombang waktu" menciptakan perasaan melankolis dan rindu akan masa lalu.

Perubahan dan Jarak: Puisi ini juga menggambarkan perubahan yang terjadi dalam jalan-jalan Bandung. Dalam beberapa bagian, digambarkan perubahan jalanan yang menjadi beku dan garis-garis wajah kota yang tak berubah, namun juga ada bagian yang menggambarkan lintasan cepat waktu dan peristiwa yang tumpah-tindih.

Bahasa dan Gaya Penulisan: Puisi ini ditulis dengan bahasa yang indah dan penuh imaji, dengan penggunaan kata-kata yang menggambarkan suasana dan karakteristik Bandung dengan sangat baik. Gaya penulisan yang padat dan penuh arti membuat puisi ini mengandung makna yang dalam.

Sentimen Pribadi Penyair: Puisi ini menggambarkan sentimen pribadi penyair terhadap Bandung, yang memberikan kekayaan dan warna dalam penggambaran kota tersebut. Pengalaman dan perasaan penyair tentang Bandung tercermin dalam setiap baris puisi ini.

Puisi "Mengenang Bandung dari Jauh" karya Kurnia Effendi adalah sebuah karya yang indah dan penuh makna, menggambarkan kenangan dan nostalgia terhadap Bandung. Dengan gaya penulisan yang penuh imaji dan makna, puisi ini berhasil menyampaikan perasaan penyair terhadap kota yang dicintainya. Puisi ini juga mengekspresikan keindahan alam dan keanekaragaman sosial dan budaya Bandung, serta mencerminkan perubahan dan perasaan rindu terhadap kota tersebut.

Puisi: Mengenang Bandung dari Jauh
Puisi: Mengenang Bandung dari Jauh
Karya: Kurnia Effendi

Biodata Kurnia Effendi:
  • Kurnia Effendi lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Oktober 1960.
© Sepenuhnya. All rights reserved.