Puisi: Pada Suatu Hari Teduh (Karya Nenden Lilis Aisyah)

Puisi "Pada Suatu Hari Teduh" karya Nenden Lilis Aisyah menggambarkan rindu dan kerinduan akan momen yang penuh ketenangan dan spiritualitas.
Pada Suatu Hari Teduh
-  Diwana Fikri Aghniya


kau suka air selokan yang kencang itu
lalu kau alirkan sehelai daun dalam arusnya
"semoga sampai di sebuah Jumat yang teduh!"

tiba-tiba kau rindu pada suatu hari senyap
yang ada dalam ingatan silam
ketika tak seorang pun nampak di jalanan
dan kau menemukan orang-orang membangun shaf di mesjid
di antara angin yang berendah hati, diam dan takzim
meleluaskan gema suara Bilal

pada waktu itu, sungguh samar baying-bayang tubuhmu
(gambar hitam tak berupa yang selalu mengikutimu itu)
kau tengadah ke langit
betapa matahari pun menundukkan wajah

tiba-tiba kau rindu pada sebuah hari
lalu kau alirkan sehelai daun
"semoga sampai di sebuah Jumat yang teduh!"


1996

Analisis Puisi:
Puisi "Pada Suatu Hari Teduh" karya Nenden Lilis Aisyah adalah sebuah karya yang menggambarkan rindu dan kerinduan akan momen yang penuh ketenangan dan spiritualitas.

Motif Air Selokan dan Daun: Puisi ini dimulai dengan gambaran air selokan yang kencang dan sehelai daun yang dilemparkan ke dalam arusnya. Air selokan mencerminkan gambaran kehidupan sehari-hari yang sibuk dan kadang-kadang berliku. Sehelai daun yang dilemparkan ke dalam arus ini mewakili harapan dan doa untuk mencapai sebuah "Jumat yang teduh," yang menggambarkan momen ketenangan dan spiritualitas.

Rindu akan Kelembutan: Penyair mengungkapkan kerinduan kepada sebuah hari yang senyap dan tenang yang mungkin terjadi di masa lalu. Ini adalah momen ketika jalanan sepi dan orang-orang berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat. Dalam suasana ini, atmosfer menjadi hening, dan penyair merasakan kelembutan dan ketenangan yang luar biasa.

Kesan Spiritualitas: Puisi ini menyoroti momen ketika penyair merasa terhubung dengan spiritualitas dan agama. Ketika orang-orang membangun shaf di masjid dan suara Bilal yang merdu bergema, suasana menjadi sangat sakral. Hal ini menciptakan perasaan rasa hormat dan ketaatan yang dalam.

Pencarian Makna dan Kepastian: Penyair merasa tertarik pada hari tersebut, bahkan jika dia tidak memiliki gambaran yang jelas tentang dirinya sendiri. Dia mencari makna dan kepastian dalam momen yang tak terlupakan tersebut.

Kehadiran Gambar Hitam: Penyair menyebut "gambar hitam tak berupa yang selalu mengikutimu itu" yang mungkin merujuk pada perasaan atau bayangan yang ada dalam dirinya yang selalu menemaninya. Gambar hitam ini bisa mencerminkan hal-hal yang menghantui atau memengaruhi pemikirannya.

Akhir yang Mengulang: Puisi ini diakhiri dengan pengulangan kata-kata "semoga sampai di sebuah Jumat yang teduh!" yang menunjukkan harapan dan doa penyair untuk kembali merasakan momen spiritual yang tenang seperti yang dia rindukan.

Puisi "Pada Suatu Hari Teduh" adalah puisi yang mengeksplorasi kerinduan akan momen ketenangan, spiritualitas, dan makna dalam hidup. Penyair menggunakan gambaran dan metafora untuk menggambarkan perasaan ini dengan indah, menciptakan suasana yang mendalam dan penuh makna dalam puisi ini.

Puisi: Pada Suatu Hari Teduh
Puisi: Pada Suatu Hari Teduh
Karya: Nenden Lilis Aisyah

Catatan:
  • Nenden Lilis Aisyah lahir di Malangbong, Garut, Jawa Barat, pada tanggal 26 September 1971.
© Sepenuhnya. All rights reserved.