Puisi: Sajak Seorang Prajurit (Karya Suminto A. Sayuti)

Puisi "Sajak Seorang Prajurit" karya Suminto A. Sayuti penuh dengan refleksi mendalam tentang keberanian, keyakinan, perjuangan, dan pengorbanan.
Sajak Seorang Prajurit

(seorang prajurit telah meninggalkan pabarisan
sebab sebuah keyakinan bersarang di kalbunya:
orang tak harus menang)

palangan ditinggalkan
terompet perang tak didengarkan
gendawa ditinggalkan
busur dipatahkan).

ya, akulah seorang prajurit yang lolos
dan mencoba lolos dari kuruserta
menjadi seonggok sajak yang tersesat
di pinggir belantara.

yang mencatat aum serigala
yang mencatat cericit burung di belukar
yang basah oleh embun
yang kering oleh matahari
yang terjun dalam jeram
yang tersesat dalam ruang tata warna.

telah kutinggalkan palagan
sebab palagan sebenarnya ada dalam badan
telah kutanggalkan gendawa sebab gendawa
sebenarnya hati tanpa wasangka
telah kupatahkan busur
sebab busur sebenarnya keberanian tak pernah luntur.

akulah prajurit yang telah terpisah dari pabarisan
dan menciptakan medan dalam sanubari
Pandawa-korawa dalam daging-daging berduri
Krisna dalam samadi
kemenangan dalam angan-angan
panah, kereta, tombak,
kuda, darah, strategi, tulang, singgasana,
Sejarah...
dalam diri

akulah prajurit dengan sejuta tombak tertancap
yang lolos dari genangan darah, tonggak-tonggak tulang
kerikil gigi, ganggang rambut, panji-panji perang.

akulah prajurit bersimbah darah
yang menyusun jitapsara dengan tinta kehidupan
duduk sendiri di pinggir hutan.

akulah prajurit pewaris tahta kerajaan
yang tersenyum pada langit dan bumi
dengan senandung air mengalir

irama ganggang tak kenal akhir

akulah prajurit yang diharapkan
dapat mematahkan lawan
dengan telak dalam satu kali gempuran

ya, akulah yang banyak berharap dan diharapkan
sehabis usia lunas di sini:
perempuan-perempuan desa
tak lagi menjadi buruh-buruh industri kota
tak lagi membanjiri lokal-lokal prostitusi
untuk sekedar mempertahankan hidupnya
para petani tak lagi berpikir
dan bertanya-tanya
besok pagi kita makan apa

para penguasa
tak lagi berorientasi pada status,
jabatan, kursi, kewenangan,
dan sejengkal perut
dan bakal terlahir atas nama sukmamu
seorang pembela kawula yang celaka dan tertindas
dari denyut ke denyut, dari waktu ke waktu

akulah seorang prajurit yang terluka
dan lari dari medan pebarisan
tapi, luka itu tak lagi berdarah
dan menyiksa Cinta berbunga
kapan usia mengain: aku hanya seorang manusia.

Sumber: Malam Tamansari (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Seorang Prajurit" karya Suminto A. Sayuti adalah karya sastra yang penuh dengan refleksi mendalam tentang keberanian, keyakinan, perjuangan, dan pengorbanan seorang prajurit. Melalui gambaran perjalanan mental dan spiritual, penyair menggambarkan pemberontakan terhadap norma-norma perang konvensional dan pemaparan tentang arti sejati dari kepahlawanan.

Perlawanan Terhadap Norma-Norma Perang: Orang Tak Harus Menang: Puisi ini menyoroti pemahaman bahwa kemenangan dalam pertempuran tidaklah mutlak. Penyair menggambarkan seorang prajurit yang meninggalkan barisan perang karena meyakini bahwa tujuan yang lebih dalam dan tak terlihat mungkin lebih penting daripada sekadar meraih kemenangan fisik.

Penolakan Terhadap Kekerasan dan Kehancuran: Palangan Ditinggalkan, Terompet Perang Tak Didengarkan, Gendawa Ditinggalkan, Busur Dipatahkan: Penyair menggambarkan penolakan terhadap simbol-simbol perang dan kekerasan. Ini menunjukkan bahwa prajurit ini tidak hanya meninggalkan pertempuran fisik, tetapi juga menolak kekerasan dalam segala bentuknya.

Pembentukan Identitas Pribadi dan Spiritual: 
  1. Aku Seorang Prajurit yang Lolos dan Mencoba Lolos dari Kuruserta: Penyair menggambarkan seorang prajurit yang mencari jalan keluar dari situasi yang mengharuskannya terlibat dalam kekerasan dan penghancuran.
  2. Akulah Prajurit dengan Sejuta Tombak Tertancap: Dalam metafora ini, tombak-tombak yang tertancap menggambarkan pengalaman hidup yang penuh dengan tantangan dan perjuangan.
  3. Krisna dalam Samadi, Kemenangan dalam Angan-angan: Penyair menunjukkan perjalanan spiritual prajurit ini, yang mencari makna yang lebih dalam melalui introspeksi dan refleksi.
Penegasan akan Masyarakat yang Lebih Baik: Sehabis Usia Lunas di Sini: Penyair menyuarakan harapan untuk perubahan sosial yang lebih baik, di mana perempuan-perempuan desa tidak lagi dihambat oleh situasi ekonomi yang buruk dan petani tidak perlu terus-menerus bertanya-tanya tentang makanan.

Kepahlawanan dalam Bentuk Lain: Akulah Seorang Prajurit yang Terluka dan Lari dari Medan Pebarisan: Penyair mengajukan konsep kepahlawanan yang lebih dalam, bukan hanya dalam pertempuran fisik, tetapi dalam perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasan.
Penghormatan Terhadap Kemanusiaan dan Cinta: Tapi, Luka Itu Tak Lagi Berdarah dan Menyiksa Cinta Berbunga: Penyair menunjukkan pemahaman prajurit ini tentang rasa cinta dan kemanusiaan, yang melebihi batas-batas fisik dan kekerasan.

Puisi "Sajak Seorang Prajurit" karya Suminto A. Sayuti merupakan sebuah perenungan mendalam tentang kepahlawanan, perubahan sosial, dan hakikat kemanusiaan. Melalui gambaran seorang prajurit yang mencari makna yang lebih dalam dan menolak kekerasan, penyair mengeksplorasi tema-tema penting seperti perubahan pribadi, perjuangan, dan pemaknaan yang lebih mendalam dalam kehidupan.

Suminto A. Sayuti
Puisi: Sajak Seorang Prajurit
Karya: Suminto A. Sayuti

Biodata Suminto A. Sayuti:
  • Prof. Dr. Suminto A. Sayuti lahir pada tanggal 26 Oktober 1956 di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.