Puisi: Suluk Tanah Perdikan (Karya Bambang J. Prasetya)

Puisi: Suluk Tanah Perdikan Karya: Bambang J. Prasetya
Suluk Tanah Perdikan
(perjalanan metarual sepasang elang)


Sepasang elang hitam terbang
menembus cakrawala
kala langit kelam dan matahari tenggelam
meninggalkan wewangian misteri senja

"Kami sepasang elang pengabdi kata hati
mata hati
kami manjakan dengan tafsir kebenaran
berubah selalu menjadi prasangka
yang mensia-siakan
namun kesia-siaan itupun menjadi karib
karena setiap kenyataan
kami sandarkan pada kesadaran"

Sepasang elang hitam terbang
tak hirau angin berarak mendung
guntur menggemuruh badai

"Sampai letih sayap mengepak gairah
Singgah di bibir pantai
Menunggu kembali sang mentari
Mengeringkan keringat keletihan jiwa kami"

Sepasang elang hitam terbang
dari pucuk-pucuk ke tangkai kering
dari hutan ke rimba
dari matahari ke bulan
dari bintang ke malam
dari ujung cahaya ke kelam
dari kesangsian ke-tidak pastian
dari peradaban ke-biadaban
terbang!
terbang!
dan terbang!

"Angkasa raya
adalah gurun sahara ketabahan
yang ditumbuhi duri-duri warisan purba
yang menggoreskan luka
luka kami abadi
lukisan dewa-dewa
yang diwarnai mazmur suci"

seperkasa siang menerjang
tinggalkan ruang singkirkan waktu
mencari jalan pintu abadi
diikutinya lenggok tarian sungai
berlabuh di jaman suci
yang disangga tiang berhala kertas
bertumpukan di rongga batok kepala

"Keheningan itupun melahirkan keriuhan
dalam bahasa senyap batin kami
bahasa diam adalah gemuruh laut
menggulung setiap gairah kentalkan semangat

Terbang!
terbang!
terbang dan terbang!!

Kami terbang!!!
bersayap harap
Kami terbang!!!
memerdekakan diri
tak terikat oleh kata
tak terikat oleh bentuk

Kami terbang!!!
mengibarkan bendera
kami punya jiwa

Kami terbang!!!
melintas-lintas kerakusan iman
kami terbang!!!
terbang!!!!

Kami sepasang elang hitam
terbang!!
meninggalkan geram serigala di rimba kota
yang meninabobokan kenyataan
bagai barisan Kurawa
mendendangkan lagu kematian
di padang Kurusetra
tidak ada Janaka dan Werkudara
apalagi Yudistira berharap mencuci dendam

Genderang telah bertalu
merentangkan tangan membuka
seribu jalan matahari
Gendewa telah siap
kami tak punya warastra
kami tak tahu mesti berperang
melawan apa?
melawan siapa?"
Musuh tak berwujud
dendam tak berbentuk
patahkan saja anak panah
jika seruas keberanian pun sirna
mulailah mengibarkan bendera duka cita
di ladang sawah para petani
sebelum padi-padi menguning
sebelum jagung-jagung berbiji
dan burung, tikus, ular, wereng
berpesta pora
di tengah ruwatan jagad

"Nestapa membakari mega-mega
menyilaukan mata kami perih
ketika pasukan berangkat
menyebrangi batas
berbekal omong kosong semata
kami lelah menunggu monumen kepalsuan
kami ingin terbang!!!"

Seperti langit dan warna biru
sepasang elang hitam terbang
membiarkan senja menepi
tak berlabuh
dan dingin mengatup air laut
perjalanan ini pun jadi dermaga

1993
Puisi: Suluk Tanah Perdikan
Puisi: Suluk Tanah Perdikan
Karya: Bambang J. Prasetya

Biodata Bambang J. Prasetya:
  • Bambang Jaka  Prasetya (atau kadang disingkatnya Bambang JP) lahir di Yogyakarta pada tanggal 28 Oktober 1965.
© Sepenuhnya. All rights reserved.