Surat Carok
99 malam kuasah celurit melebihi sorot mata kekasihdi tengah peradaban yang dijejalkan sebagai simbol lenturnya lidahkita telah berjanji akan berjumpa di tengah purnama. bias sinarakan melengking menahan luka. luka. luka; orang dalam dirinya
99 bacokan terhadap nasib konyol dan lambaian mautdan seorang lelaki santun bertanya, kenapa di jaman serbabenda-benda yang menimbuni kemanusiaan masing-masingkita segera selesai.
kematian kehidupan seperti sayatan syair dangdut ataupunteriakan tenggorokan musik cadas.“mengapa kita mudah mengasah celurit, belati dan membunuh?”99 kegelapan menemukan sinar ketika dua bayangan itu roboh.siapa yang menganggap selingkuh dan khianat tak melahirkan darah.seperti gadis-gadis remaja yang menjadi pelanggan aborsi.kita mati?
airmata terkaca di kedua celurit yang terlepas dari genggaman,lalu sepi benar. tapi tajamnya akan kekal menjelma perih bagiyang dilukai oleh tindakan sekitar.begitu yakinnya mereka si bodoh yang saling membunuh;akan menggelepar dan meratap pada kekuasaan dan apalagi ya.
Sampang, 1997
Puisi: Surat Carok
Karya: Wahyu Prasetya
Catatan:
- Eko Susetyo Wahyu Ispurwanto lahir pada tanggal 5 Februari 1957 di Malang, Jawa Timur.