Taman Laut- Gratiagusti Chananya Rompas
Jejak bulan samar pada langit biru memarDi ambang jendela subuh, kukenang suaramu:Paduan nada manja, kantuk yang memberat, dangangguan sinusitis pada hidungmuMenggubah senandung terindah sepanjang hidupku
“Maaf telah membangunkanmu. Sekarangmemang masih terlampau pagi.Ada waktu setengah jam untuk tidur kembali.”
Saat matahari merambat pelan, kita sarapan tinutuanMelekat gurih perkedel ikan nike di semenanjung WakekeAngin bertiup ramah memperkenalkan rasa garamDi pergelangan tanganmu, jarum arlojimengingatkan waktu menyelam
Bibir dermaga memperlihatkan sepotong paras VenesiaMeluas gelombang agar-agar biru menyentuh cakrawalaDi atas kapal, senyum dan geriap rambutmumenghias bingkai jendelaMelajulah perahu mengarungi biru lazuardi muda,biru ultramarine samudra, biru toska Bukit Manado tua,biru indigo palung tak terabaMelaju berperahu melupakan rahang hiu
Di atas katamaran, kita mengintai dasar lautanTerhampar panggung bening tempat ikan-ikan menariWarna-warni karang terbungkus sulur ganggang:sebentang istana yang nyaris hilang.
“Aku ingin terapung di atas taman laut. Mengintipcahaya di ceruk karang dan lumut.Bercanda dengan ikan-ikan yang tak kenal takutAbadikan saat jemariku dipagut.”
Tengah hari singgah dan belanja di Pantai Bunaken,terhirup aroma ikan bakar sepanjang pesisir.Kita bukan turis yang tekun dan telaten,memisahkan hasrat dari cinta yang berdesir.
Melajulah perahu kembali ke pelabuhan awal, mengarungibiru langit matahari siang, biru laut haus terpanggang,biru gunung berpayung awan, biru palung lembah cendawanMelaju berperahu pulang ke tanah asal
Sebelum tiba di tepian, kudengar jejak tawamumemperpanjang suara syahdu
Jakarta, 2008
Puisi: Taman Laut
Karya: Kurnia Effendi
Catatan:
- Kurnia Effendi lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Oktober 1960.