Puisi: Bunga-Bunga Jatuh Bertaburan (Karya Mochtar Lubis)

Puisi "Bunga-Bunga Jatuh Bertaburan" karya Mochtar Lubis menggambarkan keresahan dan perjuangan dalam konteks penindasan dan kezaliman pada masa itu.
Bunga-Bunga Jatuh Bertaburan


Dalam kamarku yang kecil ini
Dalam penjara kecil
di jalan bernama palsu Keagungan
datang angin dari Makassar
datang angin dari Banjarmasin
datang angin dari Yogyakarta
datang angin dari Jakarta
kamarku jadi panas dan sesak
angin datang tak berhembus membawa dingin
Tapi membawa bau darah dan
pekik perjuangan, ratap tangis,
dan orang tindasan
di bawah kaki kezaliman dan kepalsuan
berkata angin: mengapa engkau tak menangis,
menangisi bunga-bunga jatuh
bertaburan
bunga-bunga hati nurani bangsa
yang bangkit melawan kezaliman,
Bukannya aku tak berduka, kataku,
suaraku gemetar menahan kemarahan.
Tapi mereka tak minta ditangisi
Bukan air mata, tapi gumpalan tinju,
Bukan sedu-sedan, tapi pekik peperangan,
Yang mesti kita berikan
agar penjara besar di luar tembok
penjara yang kecil ini
di jalan palsu bernama Keagungan
runtuhlah, tembok kezaliman
Agar bunga-bunga tak jatuh bertaburan
dibunuh di pangkuan kemerdekaan.


28 Maret 1966

Sumber: Catatan Subversif (1980)

Analisis Puisi:
Puisi "Bunga-Bunga Jatuh Bertaburan" karya Mochtar Lubis adalah sebuah karya yang sarat makna, menggambarkan keresahan dan perjuangan dalam konteks penindasan dan kezaliman pada masa itu. Puisi ini menghadirkan gambaran yang dalam dan menggugah perasaan tentang perjuangan serta perlawanan terhadap ketidakadilan.

Konteks Sosial-Politik: Puisi ini terwujud di dalam sebuah ruang terbatas, mungkin dalam penjara atau situasi terkekang, yang mencerminkan keterbatasan fisik namun meluaskan ruang pemikiran dan perasaan penulis terhadap keadaan yang dihadapinya. Puisi ini diungkapkan dalam konteks penindasan politik pada masa tersebut, di mana kebebasan dan hak asasi seringkali ditekan.

Personifikasi Angin: Penulis mempersonifikasikan angin sebagai pembawa pesan dari berbagai kota besar di Indonesia. Angin membawa suara perjuangan, tangisan, dan teriakan dari daerah-daerah yang berbeda, menciptakan atmosfer dan tekanan perjuangan yang menyelimuti ruangan penjara kecil.

Metafora Bunga-Bunga Jatuh: "Bunga-bunga jatuh bertaburan" adalah metafora bagi para pejuang atau pahlawan yang gugur dalam perjuangan mereka melawan penindasan. Mereka adalah "bunga-bunga hati nurani bangsa" yang gugur demi kemerdekaan dan keadilan. Metafora ini memperkuat makna penderitaan yang tak terhitung dalam perjuangan melawan kezaliman.

Emosi dan Duka: Puisi ini menyuarakan rasa duka dan kemarahan terhadap ketidakadilan yang terjadi, namun juga menyoroti bahwa bunga-bunga jatuh tidak hanya membutuhkan air mata, tetapi juga aksi nyata—perlawanan dan perjuangan yang tangguh untuk meraih kebebasan.

Pesan Harapan dan Perlawanan: Dalam kesimpulannya, puisi ini menegaskan bahwa untuk meruntuhkan dinding kezaliman, diperlukan tindakan yang kuat—bukan hanya tangisan atau kesedihan, tetapi perlawanan yang gigih untuk membebaskan diri dari penindasan dan menciptakan perubahan.

Puisi "Bunga-Bunga Jatuh Bertaburan" karya Mochtar Lubis adalah suatu karya yang penuh dengan lapisan makna. Ia tidak hanya merangkum ketidakadilan dan penderitaan pada masa itu, namun juga menyerukan perlawanan dan harapan akan terwujudnya kebebasan dari penindasan. Puisi ini merupakan suara bagi mereka yang berjuang melawan penindasan dan kezaliman serta mengingatkan kita akan pentingnya perjuangan untuk keadilan dan kemerdekaan.

Mochtar Lubis
Puisi: Bunga-Bunga Jatuh Bertaburan
Karya: Mochtar Lubis

Biodata Mochtar Lubis:
  • Mochtar Lubis adalah salah satu penulis puisi, novel, cerpen, penerjemah, pelukis, dan sekaligus jurnalis ternama.
  • Mochtar Lubis lahir pada tanggal 7 Maret 1922 di Padang, Sumatera Barat.
  • Mochtar Lubis meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 2004 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.