Puisi: Kepada Ibu (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Kepada Ibu" karya Gunoto Saparie menggambarkan kehadiran, cinta, dan keteguhan seorang ibu dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan, ...
Kepada Ibu

keteduhan wajah ibu
adalah ketenangan hati keluarga
seberkas puisi-puisi rindu
tiga belas anakmu mendoa

pada malam-malam sepi
kami menyuruk lelap di dipan
mencari cinta dan kehangatan
lewat genting kaca kulihat bulan sendiri

kau bangun paling pagi
sebelum azan menguak kelam
kau tidur paling larut malam
selalu tersenyum tak pernah masai

kesyahduan wajah ibu
adalah kedamaian kalbu keluarga
meski kadang hari dan tahun kelabu
diterpa badai, o, tapi tak ada yang sia-sia

2020

Analisis Puisi:

Puisi "Kepada Ibu" karya Gunoto Saparie menggambarkan hubungan yang erat antara seorang ibu dan keluarganya.

Keteduhan dan Ketenangan: Puisi ini membuka dengan penggambaran keteduhan wajah seorang ibu, yang melambangkan ketenangan dan kestabilan dalam keluarga. Wajah ibu adalah sumber ketenangan hati bagi anggota keluarga yang lain.

Kehadiran dan Kepedulian: Penyair menggambarkan ibu sebagai figur yang selalu hadir, baik di saat bahagia maupun sedih. Ibu bangun paling pagi dan tidur paling larut, menunjukkan dedikasinya terhadap keluarga dan kesiapannya untuk selalu hadir dalam setiap momen kehidupan.

Cinta dan Kehangatan: Puisi menyoroti hubungan emosional antara ibu dan anak-anaknya. Anak-anak mencari cinta dan kehangatan dalam pelukan ibu, dan wajahnya mencerminkan cinta yang tak tergantikan.

Kekuatan dan Keteguhan: Meskipun menghadapi hari-hari kelabu dan badai kehidupan, ibu tetap menjadi sumber kekuatan dan keteguhan bagi keluarga. Kehadirannya membawa kedamaian dan ketenangan, bahkan di tengah-tengah kesulitan.

Pengorbanan dan Penghargaan: Puisi ini merayakan pengorbanan seorang ibu yang tidak pernah sia-sia. Meskipun mungkin terdapat hari-hari yang sulit, ibu tetap setia dan tersenyum, memberikan penghargaan dan cinta kepada keluarganya.

Puisi "Kepada Ibu" karya Gunoto Saparie adalah sebuah penghormatan terhadap peran seorang ibu dalam keluarga. Puisi ini menggambarkan kehadiran, cinta, dan keteguhan seorang ibu dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan, serta kedamaian dan kehangatan yang dibawanya bagi keluarganya. Ini adalah sebuah pengingat akan nilai yang tak ternilai dari kasih sayang seorang ibu.

Gunoto Saparie
Puisi: Kepada Ibu
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.