Belati Sumpah
wajahmu bergetar oleh tangis panjang
yang sesenggukan merontokkan musim semi
dan wajahpun tergeragap menekan tumpahnya
menunggu engkau menyelesaikan puisi
selanjutnya, tatkala dukamu yang sempurna
kembali mengusung ketegaran
gerimis sore malu-malu mengalungkan pelangi
hingga ayat-ayat senyumnya bertetesan di kaki
dan kerudungmu begitu saja merentangkan sejarah
bagi jiwaku yang terlanjur pecah
dihujam penuh kasih oleh belati sumpah