Puisi: Ciuman Terakhir Menjelang Kematian (Karya Zainal Arifin Thoha)

Puisi "Ciuman Terakhir Menjelang Kematian" karya Zainal Arifin Thoha menggambarkan momen kematian dan permohonan seorang individu untuk ...
Ciuman Terakhir Menjelang Kematian


di bawah matahari yang meledak-ledak
keringat begitu keras melumuri tangan malaikat
dan aku yang terpingsan-pingsan dekat jendela
memandang wajahmu dengan gaib asmaradana
"tuhan, beri aku ciuman sebelum nyawa merenggang
"meninggalkan tanah surga yang jalang rupawan"

dan matahari mulai lingsir ke sebelah wuwung
malaikat merayap-rayap mencari letak nyawa
tangis begitu mengharap hingga ini kamar bagai debur gelombang
tangan menggapai meraih-raih alam lain yang penuh camar
"tuhan, beri aku ciuman biar segera melesat ini sukma
dan terlemparlah bangkai badan dari biru semesta"


Analisis Puisi:
Puisi "Ciuman Terakhir Menjelang Kematian" karya Zainal Arifin Thoha menggambarkan momen kematian dan permohonan seorang individu untuk penghiburan terakhir sebelum menyongsong kehidupan setelah mati.

Kehadiran Matahari: Puisi dibuka dengan gambaran matahari yang meledak-ledak, menciptakan atmosfer panas dan intens. Ini mungkin merujuk pada kehidupan yang penuh gairah dan mungkin juga melambangkan keberadaan Tuhan.

Keringat yang Melumuri Tangan Malaikat: Gambaran keringat pada tangan malaikat memberikan nuansa ketegangan dan kesulitan dalam momen kematian. Malaikat, yang sering dianggap sebagai perantara antara dunia ini dan akhirat, terlibat secara aktif dalam proses tersebut.

Pandangan Terhadap Wajah yang Gaib: Penggambaran wajah yang dilihat dengan gaib menunjukkan bahwa pandangan ini melampaui dimensi fisik dan mencapai ranah spiritual atau metafisik. Ada keinginan untuk terhubung dengan sesuatu yang lebih tinggi.

Permohonan akan Ciuman Terakhir: Permohonan untuk ciuman terakhir sebelum nyawa merenggang menciptakan nuansa keintiman dan kerinduan akan penghiburan. Ciuman di sini dapat diartikan sebagai tanda kasih sayang, dan permintaan ini mencerminkan keinginan terakhir sebelum meninggalkan dunia.

Malaikat yang Mencari Letak Nyawa: Malaikat yang merayap-rayap mencari letak nyawa menambahkan elemen ketegangan dan ketidakpastian terhadap nasib seseorang setelah kematian. Ini menciptakan gambaran yang dramatis dan misterius.

Tangis yang Mengharap: Tangis yang mengharap dalam kamar yang bagai debur gelombang menyiratkan kerinduan yang mendalam dan keinginan untuk penghiburan di tengah kegelapan dan kesulitan.

Pengulangan Permohonan dan Harapan: Pengulangan permohonan kepada Tuhan untuk ciuman sebelum kematian dan harapan agar roh segera melesat menggambarkan intensitas emosi dan ketakutan akan kematian.

Lepasnya Roh dari Badan: Terlemparnya bangkai badan dari biru semesta menandakan pemisahan antara roh dan tubuh fisik, dan mungkin juga menggambarkan kebebasan yang ditemui di alam setelah mati.

Melalui penggunaan bahasa yang mendalam dan metafora yang kuat, Zainal Arifin Thoha menciptakan puisi yang menggugah perasaan dan merangsang pemikiran tentang arti kematian dan kehidupan setelahnya.

Puisi: Ciuman Terakhir Menjelang Kematian
Puisi: Ciuman Terakhir Menjelang Kematian
Karya: Zainal Arifin Thoha

Biodata Zainal Arifin Thoha:
  • KH. Zainal Arifin Thoha lahir di Kediri, pada tanggal 5 Agustus 1972.
  • KH. Zainal Arifin Thoha meninggal dunia pada 14 Maret 2007.
© Sepenuhnya. All rights reserved.