Puisi: Malam Ini (Karya M. Poppy Hutagalung)

Puisi "Malam Ini" karya M. Poppy Hutagalung menggambarkan momen kelahiran Yesus dengan indah dan penuh keagungan. Melalui kata-kata yang meriah dan ..
Malam Ini


maka berceritalah bapa malam ini
tentang karunia Allah yang besar
ketika lonceng berbunyi dua belas kali
kami berkumpul di meja makan

katanya kepada kami
telah lahir seorang putera
Anak Allah yang tunggal
pengangkut dosa dunia
pelepas segala mara

marilah kita menyambutnya
marilah kita memujinya
seperti gembala dari Efrata
seperti Madjusi dari Timur
yang bersorak dalam kesyukuran
dalam kesukaan besar menyongsong kabar:
Immanuel telah lahir

marilah, marilah menyambut Dia
marilah
Gloria putra Allah
manusia bersyukurlah

bapa berhenti bercerita
kami mengulurkan tangan padanya

hening melingkupi sekitar
bunda memasang lilin di pohon terang
kami menyanyi sepenuh hati:
Hormat diberi. Hormat diberi
bagi Allah
yang ditinggi

malam tambah larut
gelas-gelas berdentingan
bunda senyum di beranda depan

kami menyusun jari lagi:
Bapa kami yang di sorga
terimalah rasa syukur kami
pada-Mu yang selalu menjaga kami

Malam ini kami merasa bahagia
bersama anak-Mu yang tunggal
Jesus dari kandang Bethlehem
yang lahir untuk kami
karena kasihmu
pada kami orang berdosa.
Amin.

Sumber: Mimbar Indonesia (4 Januari 1958)

Analisis Puisi:
Puisi "Malam Ini" karya M. Poppy Hutagalung merangkai suatu narasi tentang kehadiran Anak Allah yang tunggal, pengangkut dosa dunia, yang lahir di malam suci.

Gaya Penceritaan: Puisi ini diawali dengan frase "maka berceritalah bapa malam ini," yang menunjukkan bahwa puisi ini mengambil bentuk cerita atau penceritaan. Gaya ini memberikan kesan kehadiran narator yang hadir secara langsung dan aktif.

Isi Puisi: Puisi membawa pendengar atau pembaca ke suatu pertemuan di meja makan, di mana "bapa" bercerita tentang kelahiran seorang putera, Anak Allah yang tunggal. Narasi ini menciptakan gambaran suasana kehangatan dan kebahagiaan di malam kelahiran Yesus.

Imaji Natal: Dalam puisi ini terdapat gambaran Natal yang kaya, seperti bunyi lonceng yang berbunyi dua belas kali, pertemuan di meja makan, dan pemasangan lilin di pohon terang. Ini menciptakan citra kehangatan dan kegembiraan Natal.

Referensi Keagamaan: Puisi mengandung referensi kuat terhadap cerita Natal, dengan menyebutkan kelahiran seorang putera, Anak Allah yang tunggal. Ada juga referensi kepada gembala dari Efrata dan Madjusi dari Timur, yang menciptakan hubungan dengan cerita kelahiran Yesus dalam Alkitab.

Panggilan untuk Bersyukur: Ada panggilan untuk menyambut dan memuja kelahiran Yesus. "Gloria putra Allah" dan "Hormat diberi" adalah ungkapan syukur dan penghormatan yang mencerminkan keagungan dan kebesaran kelahiran tersebut.

Atmosfer Natal: Puisi berhasil menciptakan atmosfer Natal yang khusyuk dan penuh kehangatan. Gambaran gelas-gelas berdentingan, senyuman bunda di beranda depan, dan nyanyian doa membangun suasana kebersamaan dan kegembiraan.

Doa dan Rasa Syukur: Puisi diakhiri dengan doa dan rasa syukur pada Tuhan. Ungkapan "Bapa kami yang di sorga" menciptakan koneksi dengan doa Bapa Kami, dan doa ini mengekspresikan rasa syukur atas kelahiran Yesus sebagai kasih Allah kepada umat manusia.

Puisi "Malam Ini" karya M. Poppy Hutagalung menggambarkan momen kelahiran Yesus dengan indah dan penuh keagungan. Melalui kata-kata yang meriah dan referensi keagamaan, puisi ini mengajak pendengar untuk merenungkan makna sejati Natal dan merayakan kelahiran Anak Allah dengan rasa syukur dan kegembiraan.

Puisi: Malam Ini
Puisi: Malam Ini
Karya: M. Poppy Hutagalung

Biodata M. Poppy Hutagalung:
  • M. Poppy Hutagalung lahir di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1941.
  • M. Poppy Hutagalung, setelah menikah dengan penyair A.D. Donggo (pada tahun 1967), namanya menjadi M. Poppy Donggo.
  • M. Poppy Hutagalung merupakan salah satu penyair Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.