Puisi: Tak Satu pun yang Berhenti (Karya M. Poppy Hutagalung)

Puisi "Tak Satu pun yang Berhenti" mengajak pembaca untuk merenung tentang keabadian alam semesta dan pentingnya terus melangkah dalam kehidupan.
Tak Satu pun yang Berhenti
Kepada anak-anakku


tak satu-pun yang berhenti bila kumati
tidak angin yang mendesir
tidak ombak yang berdebur
tidak awan yang melayang
tidak bintang yang berkelip
tak satupun, tak satupun

maka kau-pun jangan berhenti
sebab bumi masih akan terus berputar
bulan masih akan terus berputar
matahari masih akan terus berputar
serta Tuhan
yang tetap mengatur mereka
dan mengatur jalan hidupmu

jangan takut!
Tuhan adalah karang
tempat kau berlindung dan berpaut

Sumber: Selendang Pelangi (2006)

Analisis Puisi:
Puisi "Tak Satu pun yang Berhenti" menggambarkan siklus kehidupan dan keabadian melalui keterkaitan alam semesta dengan keberadaan manusia. Poppy Hutagalung membangun gambaran tentang kelanjutan hidup yang terus-menerus, meskipun individu mungkin berhenti pada suatu saat.

Alam Semesta: Puisi menggambarkan keabadian alam semesta dengan menekankan bahwa tidak ada yang berhenti ketika individu mati. Alam semesta tetap bergerak dan melanjutkan perjalanannya, ditandai oleh gambaran elemen alam seperti angin, ombak, awan, dan bintang yang terus berlanjut.

Refleksi tentang Kematian dan Kelangsungan Hidup: Penyair memotret kematian sebagai peristiwa yang tidak menghentikan kehidupan. Pesan yang diungkapkan adalah bahwa meskipun seseorang berhenti, dunia dan kehidupan akan terus berputar. Hal ini menciptakan perasaan optimisme dan kontinuitas yang meresapi puisi.

Panggilan untuk Tidak Berhenti: Dengan mengajak pembaca untuk tidak berhenti, penyair memberikan pesan tentang keberlanjutan hidup dan tindakan yang positif. Puisi memberikan dorongan untuk tetap melangkah, meskipun seseorang mungkin berhenti secara fisik.

Simbolisme Karang dan Perlindungan Tuhan: Penutup puisi menghadirkan simbolisme karang sebagai tempat perlindungan yang abadi. Tuhan digambarkan sebagai karang yang menjadi tempat perlindungan dan pertautan bagi individu. Simbol ini menghadirkan unsur spiritual dan kepercayaan yang mendalam.

Bahasa Simpel dengan Dampak Besar: Gaya bahasa yang sederhana digunakan dengan efektif untuk menyampaikan pesan kompleks. Kata-kata seperti "jangan berhenti" dan "Tuhan adalah karang" menyampaikan pesan secara langsung dan memiliki dampak yang mendalam.

Puisi "Tak Satu pun yang Berhenti" mengajak pembaca untuk merenung tentang keabadian alam semesta dan pentingnya terus melangkah dalam kehidupan. Dengan menggunakan gambaran alam dan unsur spiritual, Poppy Hutagalung menciptakan karya yang mendalam dan memotivasi.

Puisi: Tak Satu pun yang Berhenti
Puisi: Tak Satu pun yang Berhenti
Karya: M. Poppy Hutagalung

Biodata M. Poppy Hutagalung:
  • M. Poppy Hutagalung lahir di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1941.
  • M. Poppy Hutagalung, setelah menikah dengan penyair A.D. Donggo (pada tahun 1967), namanya menjadi M. Poppy Donggo.
  • M. Poppy Hutagalung merupakan salah satu penyair Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.