Puisi: Undangan Seorang Ibu Bernama Pertiwi (Karya M. Poppy Hutagalung)

Puisi "Undangan Seorang Ibu Bernama Pertiwi" merangkum realitas pahit dari kehidupan sehari-hari, menyoroti kesenjangan sosial dan ketidaksetaraan ...
Undangan Seorang Ibu Bernama Pertiwi


aku ingin mengundangmu
datang ke rumahku yang besar
tapi aku malu
rumahku penuh dengan tikus dan kecoa
tiada tempat tersisa
dari teras sampai dapur
dari langit-langit sampai kolong ranjang
rumahku penuh dengan tikus dan kecoa

aku ingin mengundangmu datang ke rumahku yang penuh harta
dan memamerkan semuanya padamu
tapi aku tak berdaya
malu dan putus asa mencengkramku
sebab harta itu hampir terkuras habis
oleh tikus dan kecoa itu
yang adalah anak-anakku
anak-anakku
anak-anakku ....

Sumber: Selendang Pelangi (2006)

Analisis Puisi:
Puisi "Undangan Seorang Ibu Bernama Pertiwi" menciptakan gambaran yang kuat tentang kondisi kehidupan dan lingkungan sekitar, sambil mengeksplorasi tema ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun mendalam, M. Poppy Hutagalung mengajak pembaca merenung tentang kondisi masyarakat yang terpinggirkan.

Metafora Rumah sebagai Simbol Kondisi Hidup: Rumah dalam puisi ini bukan hanya bangunan fisik, melainkan juga merupakan simbol kehidupan seseorang, khususnya seorang ibu yang bernama Pertiwi. Rumah yang besar mencerminkan potensi dan harapan yang dimiliki, tetapi kehadiran tikus dan kecoa menggambarkan kemiskinan dan ketidakpastian hidup.

Ketidaksetaraan dan Keterpinggiran: Puisi ini menyentuh tema ketidaksetaraan dan keterpinggiran sosial. Meskipun ada keinginan untuk mengundang tamu ke rumah yang besar, kehadiran tikus dan kecoa yang merupakan anak-anak sang ibu mencerminkan kemiskinan dan kesulitan hidup yang menghantui.

Kehancuran oleh "Anak-Anakku": Melalui penempatan kata "anak-anakku" di akhir bait, puisi menyoroti ironi bahwa harta yang dimiliki hampir terkuras oleh anak-anaknya yang bukanlah manusia, melainkan tikus dan kecoa. Ini menciptakan gambaran tragis tentang kondisi kehidupan yang sulit dan penuh kesulitan.

Perasaan Malu dan Putus Asa: Ibu yang bernama Pertiwi menyampaikan perasaan malu dan putus asa melalui puisi ini. Malu karena tidak mampu memperlihatkan kehidupan yang layak kepada tamu, dan putus asa karena kondisi hidup yang sulit dan terdesak oleh kemiskinan.

Penyampaian Emosi dengan Kesederhanaan: Gaya penulisan yang sederhana namun sarat makna membuat puisi ini mudah dipahami oleh pembaca. Poppy Hutagalung berhasil menyampaikan emosi yang mendalam melalui kata-kata yang sederhana, sehingga memperkuat dampak puisi secara keseluruhan.

Puisi "Undangan Seorang Ibu Bernama Pertiwi" merangkum realitas pahit dari kehidupan sehari-hari, menyoroti kesenjangan sosial dan ketidaksetaraan yang dialami oleh banyak orang. Poppy Hutagalung mengajak pembaca untuk merenung tentang keadaan ini dan membangkitkan empati terhadap mereka yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Puisi: Undangan Seorang Ibu Bernama Pertiwi
Puisi: Undangan Seorang Ibu Bernama Pertiwi
Karya: M. Poppy Hutagalung

Biodata M. Poppy Hutagalung:
  • M. Poppy Hutagalung lahir di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1941.
  • M. Poppy Hutagalung, setelah menikah dengan penyair A.D. Donggo (pada tahun 1967), namanya menjadi M. Poppy Donggo.
  • M. Poppy Hutagalung merupakan salah satu penyair Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.