Matahari
(Asy-Syams)
Demi matahari dan rembangnya
demi bulan yang menggiringnya
demi siang kala lingsirnya
demi malam yang menutupnya
demi langit dan penegaknya
demi bumi dan penghamparnya
demi sukma dan peniupnya
maka diilhamkan-Nya perasaan buruk dan baiknya
betapa bahagia yang bersih jiwanya
betapa malang yang menodainya
telah berdusta kaum Samud dengan durhakanya
ketika tampil seorang celaka di antaranya
berkata Rasul: jangan ganggu onta Tuhan dan minumannya
tapi mereka 'nentang dan 'nyembelihnya
karenanya Tuhan hukum mereka sebab dosanya
dan ia tak sekali takut akibatnya
Sumber: Kabar dari Langit (1986)
Analisis Puisi:
Puisi “Matahari” karya Djamil Suherman merupakan adaptasi dari Surah Asy-Syams (surah ke-91 dalam Al-Qur'an). Melalui puisi ini, Djamil Suherman menyampaikan pesan spiritual yang mendalam dengan menggunakan simbolisme alam dan referensi historis untuk menggarisbawahi konsep kebaikan, keburukan, dan konsekuensi dari tindakan manusia.
Struktur dan Tema
Puisi ini memiliki struktur yang mengikuti pola repetisi dan simbolisme kuat untuk menggambarkan kekuasaan Tuhan dan dampak dari perilaku manusia. Struktur ini membangun suasana reflektif dan spiritual melalui penggambaran alam dan sejarah.
Simbolisme Alam
- "Demi matahari dan rembangnya / demi bulan yang menggiringnya / demi siang kala lingsirnya / demi malam yang menutupnya" menggunakan elemen-elemen alam seperti matahari, bulan, dan malam untuk menggambarkan kekuasaan dan ketertiban Tuhan. Matahari dan bulan melambangkan cahaya dan kegelapan, sementara langit dan bumi melambangkan stabilitas dan keberadaan.
- "Demi langit dan penegaknya / demi bumi dan penghamparnya" menunjukkan keseimbangan dan keteraturan dalam ciptaan Tuhan, menekankan betapa pentingnya memahami dan menghargai hukum dan struktur yang diciptakan-Nya.
Ilham Perasaan dan Kebaikan
- Perasaan Baik dan Buruk: "Maka diilhamkan-Nya perasaan buruk dan baiknya / betapa bahagia yang bersih jiwanya / betapa malang yang menodainya" menggambarkan bagaimana Tuhan memberikan ilham tentang perasaan baik dan buruk kepada manusia. Ini menunjukkan tanggung jawab manusia untuk menjaga kebersihan jiwa dan menjalani hidup dengan kebaikan agar tidak mengalami kemalangan.
Referensi Sejarah dan Konsekuensi
- "Telah berdusta kaum Samud dengan durhakanya / ketika tampil seorang celaka di antaranya" merujuk pada cerita kaum Samud dalam Al-Qur'an yang menolak peringatan dari Nabi Saleh dan melawan perintah Tuhan. Kaum Samud dihukum karena menentang perintah Tuhan dan membunuh unta yang dianggap sebagai mukjizat.
- "Berkata Rasul: jangan ganggu onta Tuhan dan minumannya / tapi mereka 'nentang dan 'nyembelihnya" menceritakan peristiwa di mana Nabi Saleh melarang kaum Samud dari mengganggu unta Tuhan, namun mereka mengabaikan perintah tersebut dan membunuh unta tersebut.
Hukuman dan Keadilan Tuhan
- Hukuman Tuhan: "Karenanya Tuhan hukum mereka sebab dosanya / dan ia tak sekali takut akibatnya" menekankan bahwa Tuhan memberikan hukuman yang adil bagi mereka yang durhaka. Ini menunjukkan bahwa meskipun manusia mungkin merasa aman atau tidak terpengaruh oleh tindakan mereka, Tuhan tetap akan memberikan hukuman yang sesuai dengan dosa yang dilakukan.
Simbolisme dan Makna
- Matahari dan Bulan: Matahari dan bulan berfungsi sebagai simbol dari cahaya dan kegelapan, serta keteraturan alam yang ditetapkan oleh Tuhan. Mereka juga melambangkan siklus kehidupan dan waktu yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Tuhan.
- Kaum Samud: Kisah kaum Samud adalah simbol dari penolakan terhadap wahyu dan konsekuensi dari kesalahan moral. Ini mengajarkan tentang pentingnya mengikuti perintah Tuhan dan konsekuensi dari melanggar hukum ilahi.
Refleksi dan Kesadaran
Puisi "Matahari" mengajak pembaca untuk merenungkan kekuasaan Tuhan dan konsekuensi dari perilaku manusia. Dengan menggunakan simbolisme alam dan referensi sejarah, Djamil Suherman menyampaikan pesan moral yang kuat tentang kebaikan, keburukan, dan keadilan Tuhan. Puisi ini mengingatkan pembaca akan tanggung jawab mereka untuk menjaga kebersihan jiwa dan mengikuti perintah Tuhan untuk menghindari hukuman.
Puisi “Matahari” karya Djamil Suherman adalah karya yang menggambarkan pesan spiritual dari Surah Asy-Syams dengan menggunakan simbolisme alam dan referensi sejarah. Struktur puisi yang mengikuti pola repetisi dan deskripsi yang kuat memberikan gambaran yang mendalam tentang kekuasaan Tuhan, kebaikan, dan keburukan. Djamil Suherman berhasil menyampaikan pesan moral yang mendalam dan mengajak pembaca untuk merenungkan tanggung jawab spiritual mereka dalam konteks kekuasaan Tuhan dan konsekuensi dari tindakan manusia.
Puisi: Matahari
Karya: Djamil Suherman
Biodata Djamil Suherman:
- Djamil Suherman lahir di Surabaya, pada tanggal 24 April 1924.
- Djamil Suherman meninggal dunia di Bandung, pada tanggal 30 November 1985 (pada usia 61 tahun).
- Djamil Suherman adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.
