Hangus
ke mana lagi perginya burung penyair baca puisi?
alahai, mereka berbondong menuju titik didih matahari
ia panjati udara dengan mata yang tertutup oleh kesadaran
dan sayap terbakar oleh kerinduan
alahai, berapa kepakan sayap lagi kita tiba ke inti cahaya
dan kita semua menjadi buta, dan kita mendebu setelah hangus terbakar
dan debu kita menjadi bagian dari keindahan cahayanya
memancar, memperindah taman dan bunga-bunga
serentak menebar wangiannya
kau dan aku berpijaran dalam satu api, menggelinjangkan nyalanya
alahai, bagai rama-rama di lilinmu aku ikut meleleh
menemu waktu setelah tunai kepedihan terakhir
memberikan nuansa pada lidah nyala apimu
lalu, pelan kauselimuti gelisah kami
dengan hangat terangmu yang asasi
kami mahasatukan satumu
di luar dan di dalam kemakhlukan kami
yang senantiasa mengidamkan debu
dalam kehangatan di apimu