Puisi: Requiem Meratus (Karya Ajamuddin Tifani)

Puisi: Requiem Meratus Karya: Ajamuddin Tifani
Requiem Meratus
Bagi Joko Pekik


dan engkau pun saksi atas terkelupasnya kerak bumi di meratus
dan siapa yang menjadikan suka
atas kesengsaraan ini, jeritan yang dikirim angin kemari
ke rimba-rimba yang terusir
hingga pandang ke jauh sana, kaki langit membentang
dari jejak riwayat dedaunan ke kerakusan, bagai mulut gurun
yang tak habis dahaga, siapa pemilik sungai gila, reguklah
kekuasaan atas airnya yang darah itu
apa beda antara tangisan dan burung terakhir dan kau yang lelah
‘ditebas dalam mimpi yang gundah’?
O, pipit yang bersarang di reranting awan-awan
jangan meratap, tapi melawanlah

hidup hanya sejari dari mati, fahamilah bebijian yang semedi
dalam perjalanan menuju jadi di bawah waktu
daun kering yang ikhlas, gugur melepas reranting
luluh dengan roh tanah, meragi kehidupan baru, dan
engkaulah
pohon garing milik mulajadi dari hakikatnya burung tingang
yang ditimang musim itu di kolam-kolam hatatai; ah, ibu bumi
tempatnya menyusu, meratus namanya
luasan ‘tanah malai tanggungan elang’ raja
kemala bagi mamang aruh, sasindin airmata di denting kuriding
istana gading, ditujah oleh duri langgundi, di gantang emas
di gantang intan, luluh ke hati, alahai...sibiran tulang,
meratus yang senantiasa menatap langit
dengan gigil yang sangat kasmaran
dan harapan yang keterlaluan

ketika kau disongsong mimpi buruk, lalu merajah waktu-waktumu
hingga kau tak sempat membaca waktu, lalu kau terlempar
hingga ke jazirah katulistiwa ini, hingga impian bercendawan
o, ning hatala di langit pitu, meratus: titian doa dan harapan
tiang langit tuju mahligai bambang siwara, libas mereka,
pasung rohnya, kita tak berseloroh di hadapan kemanusiaan ini
meratus, jenjang alam atas, tempatku moksa
jandih dan bawuk, menata takdir semesta, muara sungai suara
dan airmata pahlawan simpai delapan, berjaga di tiap sudut
maka, jangan renggut meratus dari cinta dan kasih dicurahkan
di siang di malam tak ada bendera putih dan merah
hanya hitam dan kuning, tanda perlawanan akan menjadi abadi


Sumber: Tanah Perjanjian (2005)

Puisi: Requiem Meratus
Puisi: Requiem Meratus
Karya: Ajamuddin Tifani

Biodata Ajamuddin Tifani:
  • Ajamuddin Tifani lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 23 September 1951.
  • Ajamuddin Tifani meninggal dunia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 6 Mei 2002.
© Sepenuhnya. All rights reserved.