Batang Tabit
Kayu tampak tegak perkasa,
Daun teduh naung bernaung;
Tercenung dagang dalam temasa,
Merenung kolam di kaki gunung.
Sebagai penunggu telaga sakti,
Kayu besar hening dan diam,
Dari belai si angin pagi,
Sebabat dengan alun diriam.
Air tenang biru berwarna,
Dilindung pokok tengah ngelamun;
Sunyi senyap konon di sana,
Orang seorang ta' ada disenun
Hanya kudengar desau serasah,
Menyanyikan lagu tidak bersilih,
Termenung diri mengarah ke bawah,
Menatap-merenung ke kolam jernih.
Sungguh tenang air di kolam,
Kayu rampak hening terkulai;
Terkenang diri masa nan silam,
Karena kesunyian telaga permai.
Tenang! — bagai dalam samadi,
Kuterus termenung ta' insafkan diri,
Penaka telaga — kolam yang sakti,
Tempat permandian mambang dan peri .......
Sumber: Panji Pustaka (2 Juni 1933)
Analisis Puisi:
Puisi "Batang Tabit" karya A. Damhoeri menghadirkan gambaran yang damai dan merenung tentang keindahan alam dan makna mendalam di dalamnya. Dengan bahasa yang indah, penyair mengeksplorasi keheningan, ketenangan, dan misteri yang ada di sekitar batang tabit.
Gambaran Alam yang Damai dan Tegas: Penyair memberikan gambaran alam yang damai dan kokoh melalui penggambaran kayu tabit. Kata-kata seperti "tegak perkasa" dan "daun teduh naung bernaung" menciptakan citra kekuatan dan perlindungan yang ada di dalam alam. Pohon tabit dijelaskan sebagai penunggu telaga sakti, memberikan kesan kehadiran yang agung dan memegang peran penting dalam keberlangsungan alam.
Personifikasi dan Keanggunan Alam: Dalam puisi ini, alam dipersonifikasikan melalui pohon tabit yang "tercenung dagang dalam temasa" dan "merenung kolam di kaki gunung." Ini memberikan kesan bahwa alam memiliki kecerdasan dan perasaan sendiri. Keanggunan alam juga tercermin dalam deskripsi air tenang dan biru di kolam, serta sunyi senyap yang melingkupi tempat itu.
Atmosfer Sunyi dan Mistis: Penyair berhasil menciptakan atmosfer sunyi dan mistis dengan menggunakan kata-kata seperti "hening," "diam," dan "kesunyian." Kolam yang disebut sebagai "telaga sakti" menambahkan nuansa misteri, seolah-olah tempat tersebut memiliki kekuatan magis atau spiritual yang mendalam.
Desau Alam dan Keberadaan Manusia: Puisi menggambarkan keheningan alam dengan merinci suara desau serasah yang terdengar. Namun, dalam kesunyian itu, terlihat keberadaan manusia yang merenung. Penggambaran orang yang "ta' ada disenun" menambahkan elemen kesepian dan keheningan di sekitar alam tersebut.
Nostalgia dan Merenung: Puisi ini mengandung elemen nostalgia saat penyair merenung tentang masa silam. Kata-kata seperti "terkenang diri masa nan silam" menciptakan suasana melankolis, seolah-olah pohon tabit menjadi saksi bisu akan sejarah dan kenangan.
Sentuhan Spiritual dan Magis: Penggunaan kata-kata seperti "samadi" dan "tempat permandian mambang dan peri" menambahkan sentuhan spiritual dan magis pada puisi. Pohon tabit dan kolam dianggap sebagai tempat yang sakral, di mana keberadaan mambang (makhluk halus) dan peri (makhluk mitologi) dapat dirasakan atau dihubungi.
Puisi "Batang Tabit" adalah sebuah puisi yang memadukan keindahan alam dengan ketenangan dan misteri. Dengan bahasa yang indah dan imaji yang kaya, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang keberadaan manusia dalam hubungannya dengan alam dan spiritualitas. Puisi ini menciptakan ruang untuk kontemplasi dan mengundang pembaca untuk menyelami kedalaman makna di balik keheningan dan keanggunan alam.
Puisi: Batang Tabit
Karya: A. Damhoeri
Biodata A. Damhoeri:
- A. Damhoeri (atau Ahmad Damhoeri) lahir di Batu Payung, Payakumbuh, Sumatra Barat, pada tanggal 31 Agustus 1915.
- A. Damhoeri meninggal dunia di Jorong Lurah Bukik, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 2000 (pada usia 85 tahun).
