Buat Penyair Sufi
Abdul Hadi W.M.
Setelah kau memeluk Tuhan
Peluk pula istrimu
Pernah kudengar seorang ahli ibadah
Dengan puasa seribu hari
Dengan seribu rakaat salat
Dengan seribu butir zikir
Dengan harapan seribu sorga
Dengan seribu bidadari
Tetapi,
Dengan seribu butiran airmata istri
Perempuan itu menghadap Rasul Allah
Lalu mengadu,
"Wahai nabi
Suamiku tak lagi mau menyentuh"
Nabi menghimbau ahli ibadah
Wahai kau yang berharap
Dimuliakan oleh Allah
Dengarlah
Tahukah wahai ahli ibadah
Menyentuh tubuh istri
Adalah pula bagian dari
seluruh ibadah suci?
Wahai penyair sufi
Setelah kau peluk Tuhan
Peluk istri
Dengan seribu sentuhan
Yang seindah
Seribu ibadah
Yang sebijak seribu sajak
Yang penuh sayang
Dari seribu sayang
Sumber: Aura Para Aulia (1990)
Analisis Puisi:
Puisi "Buat Penyair Sufi" oleh Motinggo Boesje menggambarkan perjalanan spiritual dan kebijaksanaan dalam mencari kedekatan dengan Tuhan serta penghormatan terhadap hubungan suami-istri.
Pencarian Kedekatan dengan Tuhan: Puisi ini menyoroti perjalanan penyair sufi yang mencari kedekatan dengan Tuhan melalui ibadah dan spiritualitas. Penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam menggambarkan kerinduan yang mendalam untuk bersatu dengan Yang Maha Kuasa.
Pentingnya Hubungan Suami-Istri: Meskipun menyentuh tema spiritualitas, puisi ini juga menyoroti pentingnya hubungan suami-istri dalam praktik keagamaan. Melalui cerita yang diceritakan oleh penyair sufi, puisi ini menekankan bahwa keintiman dan kebersamaan dengan pasangan adalah bagian integral dari ibadah yang sejati.
Penghormatan terhadap Peran Perempuan: Puisi ini memberikan penghormatan yang dalam terhadap peran perempuan, terutama dalam konteks hubungan suami-istri. Kisah istri yang menghadap Rasulullah untuk mengadu tentang keputusasaannya menyoroti pentingnya mendengarkan dan memahami perasaan serta kebutuhan wanita.
Kebijaksanaan dan Keseimbangan: Pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah tentang kebijaksanaan dan keseimbangan antara spiritualitas dan kehidupan sehari-hari. Meskipun pentingnya beribadah dan mencari Tuhan, penyair juga menekankan pentingnya mencintai dan menghormati pasangan hidup sebagai bagian dari perjalanan spiritual.
Bahasa yang Simpel namun Bermakna: Motinggo Boesje menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang spiritualitas dan hubungan manusiawi.
Puisi "Buat Penyair Sufi" adalah pengingat yang indah tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan hubungan manusiawi dalam perjalanan kehidupan. Dengan sentuhan emosional dan kearifan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna cinta, kebijaksanaan, dan kebersamaan dalam pencarian makna hidup.
Puisi "Buat Penyair Sufi" oleh Motinggo Boesje menggambarkan perjalanan spiritual dan kebijaksanaan dalam mencari kedekatan dengan Tuhan serta penghormatan terhadap hubungan suami-istri.
Pencarian Kedekatan dengan Tuhan: Puisi ini menyoroti perjalanan penyair sufi yang mencari kedekatan dengan Tuhan melalui ibadah dan spiritualitas. Penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam menggambarkan kerinduan yang mendalam untuk bersatu dengan Yang Maha Kuasa.
Pentingnya Hubungan Suami-Istri: Meskipun menyentuh tema spiritualitas, puisi ini juga menyoroti pentingnya hubungan suami-istri dalam praktik keagamaan. Melalui cerita yang diceritakan oleh penyair sufi, puisi ini menekankan bahwa keintiman dan kebersamaan dengan pasangan adalah bagian integral dari ibadah yang sejati.
Penghormatan terhadap Peran Perempuan: Puisi ini memberikan penghormatan yang dalam terhadap peran perempuan, terutama dalam konteks hubungan suami-istri. Kisah istri yang menghadap Rasulullah untuk mengadu tentang keputusasaannya menyoroti pentingnya mendengarkan dan memahami perasaan serta kebutuhan wanita.
Kebijaksanaan dan Keseimbangan: Pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah tentang kebijaksanaan dan keseimbangan antara spiritualitas dan kehidupan sehari-hari. Meskipun pentingnya beribadah dan mencari Tuhan, penyair juga menekankan pentingnya mencintai dan menghormati pasangan hidup sebagai bagian dari perjalanan spiritual.
Bahasa yang Simpel namun Bermakna: Motinggo Boesje menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang spiritualitas dan hubungan manusiawi.
Puisi "Buat Penyair Sufi" adalah pengingat yang indah tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan hubungan manusiawi dalam perjalanan kehidupan. Dengan sentuhan emosional dan kearifan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna cinta, kebijaksanaan, dan kebersamaan dalam pencarian makna hidup.
Karya: Motinggo Boesje
Biodata Motinggo Boesje:
- Motinggo Boesje (Motinggo Busye) lahir di Kupang Kota, pada tanggal 21 November 1937.
- Motinggo Boesje meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 18 Juni 1999 (pada usia 61 tahun).
- Nama lahir Motinggo Boesje adalah Bustami Djalid.
