Bukit-Bukit Pasir
Sang Yogawan pun mengembara, pagi-sore dan siang-malam
Di gurun pasir, dia asyik menyimak misteri kehidupan
“Tandus lagi kering. Panas dan lestari langka air
Di sini, Tuhan telah membangun Kerajaan Sunyi purbawi
Manusia harus bertahan, sekadar menjadi si minimalis
Akhirnya tahu, lapar-dahaga-lelah merutin sehari-hari
Tidak perlu minder dan malu, jadi miskin seperti darwis
Sukacita dan rasa-syukur kepada Allah menegas pada bumi
Kata dan kerja, laku dan gerak: Alhamdulillah! Kodrati
Setiap lekuk hidup: memuji Allah!” katanya amat takjub
Dia mencari ujung-pangkal hidup, pada seluruh penjuru
Kehidupan bukanlah monopoli oase yang menghijau subur
Dataran pasir pun hidup, bukan hamparan Kraton Maut
“Inilah bentangan Ilmu Tuhan, ayat yang nyata dahsyat
Diriku alangkah lemah. Aku ini kalah!” katanya sendat
“Uang dan harta-kekayaan, apakah artinya di tempat ini?
Gurun pasir ini pun kekayaan Tuhan, tiada ternilai duwit
Manusia betapa ringkih dan kerdil!” bisiknya dalam pedih
Dia berteriak sewaktu berdiri, mengguncang semesta sunyi
Menyapa angin. Menegur langit. Menyalami jagad misteri
“Di sini, kulihat jenis benda lain sama sekali. Pasir!
Selama ini, murid sekolah mengenal tiga benda fisika
Padat. Cair. Gas. Tapi pasir ini? Benda marginal, aneh
Bentuknya memang padat tulen, tapi sifatnya selabil air
Mudah bergerak. Gampang goyah. Destruktif oleh garamnya
Betapa benar Allah, melarang manusia membangun atas pasir
Bahaya oleh sifat labil,” katanya heran dalam kontemplasi
Sang Yogawan pun berjalan terus. Mengembarai semua penjuru
Dalam konsentrasi, ada penghayatan observasi dan syukur
Dalam kontemplasi, terbaca semesta ilmu-pengetahuan luhur
Dalam meditasi, ada mikro-kosmos dan makro-kosmos
melebur
Dalam extasi, ada keajaiban transendental kebahagiaan agung
Parangkusuma, 1980-1989
Sumber: Salam Penyair (2002)
Karya: Ragil Suwarna Pragolapati
Biodata Ragil Suwarna Pragolapati:
- Ragil Suwarna Pragolapati lahir di Pati, pada tanggal 22 Januari 1948.
- Ragil Suwarna Pragolapati dinyatakan menghilang di Parangtritis, Yogyakarta, pada tanggal 15 Oktober 1990.
- Ragil Suwarna Pragolapati menghilang saat pergi bersemadi ke Gunung Semar. Dalam perjalanan pulang dari kaki Gunung Semar menuju Gua Langse (beliau berjalan di belakang murid-muridnya) tiba-tiba menghilang. Awalnya murid-muridnya menganggap hal tersebut sebagai kejadian biasa karena orang sakti lumrah bisa menghilang. Namun, setelah tiga hari tiga malam tidak kunjung pulang dan dicari ke mana-mana tidak diketemukan. Tidak jelas keberadaannya sampai sekarang, apakah beliau masih hidup atau sudah meninggal.
- Dikutip dari Leksikon Susastra Indonesia (2000), pada masa awal Orde Baru, Ragil Suwarna Pragolapati pernah ditahan tanpa proses pengadilan karena melakukan demonstrasi.
- Ragil Suwarna Pragolapati sering terlibat dalam aksi protes. Berikut beberapa aksi yang pernah diikuti: Menggugat Mashuri, S.H., Menteri PK, 1968. Memprotes Pemda Yogya, kasus Judi, 1968. Menggugat manipulasi dan korupsi, 1970-1971. Aksi memprotes Golkarisasi, 1970-1972. Memprotes Taman Mini Indonesia Indah (TMII), 1971-1972. Aksi menggugat SPP, 1971-1972. Aksi menolak televisi warna, 1971-1973. Aksi menolak komoditas Jepang, 1971-1974. Protes breidel pers 1977-1978.
