Di Rumah Sakit Besar
Ternyata, kita sedang berada di sini,
di tanah asal, dunia kita semua
Namun, kita mesti mengerti,
Bahwa kita semua,
bermilyar jumlah dalam sakit parah.
Ya, dunia ini sedang berubah
menjadi sebuah
Rumah Sakit Besar
kita lapar
lebih lapar dari orang-orang Etiopia.
Ya, kita sedang kehilangan spirit kehidupan
kita melarat
kita tak makan apa-apa
kita tak memikirkan apa-apa
kita tak mencintai siapa-siapa
kita adalah
sebuah
Masyarakat Monsters
yang sedang bersia-sia
1989
Sumber: Aura Para Aulia (1990)
Analisis Puisi:
Puisi "Di Rumah Sakit Besar" karya Motinggo Boesje memiliki beberapa hal menarik. Berikut adalah beberapa poin menarik yang dapat ditemukan dalam puisi ini:
- Gambaran dunia sebagai Rumah Sakit Besar: Puisi ini menggambarkan dunia sebagai rumah sakit besar di mana banyak orang mengalami sakit parah. Ini menggambarkan kondisi umum kehidupan di mana banyak orang menghadapi kesulitan dan penderitaan.
- Kontras antara kelaparan dan kemewahan: Penyair menyoroti kontras antara kelaparan kita yang tidak hanya berarti kekurangan makanan, tetapi juga rasa lapar akan makna dan tujuan dalam hidup. Sementara kita lapar secara fisik, penyair menyatakan bahwa kita juga lapar secara emosional dan spiritual, bahkan lebih lapar daripada orang-orang di Ethiopia yang dikenal karena kelaparan.
- Kehilangan spirit kehidupan: Puisi ini mencerminkan keadaan di mana kita kehilangan semangat dan antusiasme dalam hidup. Kita menjadi melarat dan kehilangan gairah untuk makan, berpikir, dan mencintai orang lain. Hal ini menggambarkan keadaan sosial yang mungkin merujuk pada kehilangan nilai-nilai kemanusiaan dan empati di dunia modern.
- Masyarakat Monsters yang bersia-sia: Penyair menggambarkan kita sebagai masyarakat monster yang hidup dalam kekosongan dan kesia-siaan. Ini dapat diartikan sebagai kritik terhadap konsumerisme, ketamakan, dan kurangnya perhatian pada nilai-nilai yang lebih tinggi dalam kehidupan kita.
Puisi ini menggambarkan dunia sebagai Rumah Sakit Besar di mana banyak orang mengalami kesulitan dan penderitaan. Hal ini menyoroti kelaparan kita, baik secara fisik maupun emosional, serta kehilangan semangat dan makna dalam hidup. Puisi ini mencerminkan kritik terhadap keadaan sosial yang kurang berperikemanusiaan dan menggambarkan masyarakat yang hidup dalam kesia-siaan.
Karya: Motinggo Boesje
Biodata Motinggo Boesje:
- Motinggo Boesje (Motinggo Busye) lahir di Kupang Kota, pada tanggal 21 November 1937.
- Motinggo Boesje meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 18 Juni 1999 (pada usia 61 tahun).
- Nama lahir Motinggo Boesje adalah Bustami Djalid.
