Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ibrahim (Karya Ibrahim Sattah)

Puisi "Ibrahim" karya Ibrahim Sattah menggambarkan pengalaman dan refleksi kehidupan yang kompleks dan penuh dengan pertanyaan eksistensial.
Ibrahim (1)

maaaaaaak bulan menjilat kudaku huu bulan tak malu
lihat ‘tu kuda menggeliat talinya putus
shiii hausnya putus
mak minta parang – mau apa parang – mau nebang pering -
- mau apa pering - mau juluk bulan – mau apa bulan –
- maaaaaaak kudaku kaku kudaku kaku kudaku –
- kaku
- ?

Ibrahim (2)

alangkah sukanya masa kanak kemanamana main kasti
kemanamana lari ke tiangtiang
kena rejam maka tak jadi menang
cokcok kelupit kelupit tulang daing
dilidi dilecit dicubit dilepas sampai jauh
mengerling
pergi
sejauh hati
semakin jauh
ke rimba di rimba ke rimba sansauna
ke mana kita katamu kataku diamlah kau
naga tak ada singa tak ada rimau tak ada di sana
sansauna lebih hebat dari naga lebih bisa dari singa
lebih pukau dari rimba
dari walau
wa
walau
wa
walau
wu
walau
wi

1980

Sumber: Sagang (Januari, 2014)

Analisis Puisi:

Puisi "Ibrahim" karya Ibrahim Sattah adalah karya yang penuh dengan gambaran kuat dan bahasa yang intens. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan pengalaman dan refleksi kehidupan yang kompleks dan penuh dengan pertanyaan eksistensial.

Metafora dan Gambaran Kuat: Penyair menggunakan metafora yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan filosofis dan eksistensial dalam puisi ini. Misalnya, gambaran bulan menjilat kudaku adalah gambaran yang kaya akan simbolisme, menciptakan atmosfer yang misterius dan suram.

Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang menggugah pemikiran pembaca tentang keberadaan, takdir, dan makna hidup. Misalnya, pertanyaan "mau apa bulan?" mencerminkan kebingungan dan ketidakpastian yang mungkin dirasakan oleh tokoh dalam puisi ini.

Kehidupan Sehari-hari dan Kehidupan Kanak-Kanak: Penyair menggabungkan gambaran kehidupan sehari-hari dengan kenangan masa kanak-kanak dalam puisi ini. Dengan menggambarkan permainan kasti dan lari ke tiang-tiang, penyair membawa pembaca ke dunia yang penuh kegembiraan dan kepolosan anak-anak. Namun, gambaran tersebut juga berubah menjadi refleksi yang lebih dalam tentang kehilangan dan kekosongan.

Penafsiran dan Makna Tersirat: Puisi ini memungkinkan berbagai penafsiran dan makna tersirat, yang dapat bergantung pada perspektif pembaca. Pesan tentang ketidakpastian, kehilangan, dan kebingungan menciptakan kesan yang menggugah dan meresap dalam diri pembaca.

Bahasa dan Ritme: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini memiliki ritme yang khas, dengan penggunaan repetisi dan ritme yang membangun ketegangan dan kegugupan. Ini menambahkan dimensi emosional dan psikologis pada puisi, menghadirkan pengalaman yang mendalam bagi pembaca.

Puisi "Ibrahim" karya Ibrahim Sattah adalah karya yang kaya akan gambaran kuat, pertanyaan eksistensial, dan refleksi kehidupan yang dalam. Dengan menggabungkan kehidupan sehari-hari dengan makna yang lebih dalam, puisi ini menawarkan pembaca pengalaman yang mendalam dan merangsang pemikiran.

Ibrahim Sattah
Puisi: Ibrahim
Karya: Ibrahim Sattah

Biodata Ibrahim Sattah:
  • Ibrahim Sattah lahir pada tahun 1943 di Tarempa, Siantan, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
  • Ibrahim Sattah meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 1988 (pada usia 43 tahun) di Pekanbaru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.